Hidupgaya.co – Membesarkan Generasi Alfa (Generasi Alpha) yang lahir ketika pandemi memiliki tantangan yang lebih kompleks. Orang tua harus banyak belajar untuk bisa mendidik dan mengawal tumbuh kembang generasi ini agar mereka mendapat pencapaian optimal.
Telah diketahui bahwa stimulasi, nutrisi, dan lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama kecerdasan akademis dan emosionalnya. Harus diakui, kondisi yang tak menentu seperti pandemi yang terjadi akhir-akhir ini membuat pola stimulasi dan lingkungan mengalami perubahan yang cukup signifikan, misalnya seperti meningkatnya paparan gadget dan berkurangnya interaksi langsung dengan lingkungan. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Untuk itu, psikolog Ajeng Raviando mengajak orang tua untuk memberikan perhatian khusus agar anak tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di tengah kondisi pandemi. “Selama pandemi, banyak situasi yang tidak menentu, sulit diprediksi dan terjadi banyak perubahan secara signifikan. Hal ini tidak hanya berat bagi orang dewasa, namun juga membingungkan bagi anak-anak dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak,” ujar psikolog keluarga dalam temu media yang dihelat Enfagrow A+ di Jakarta, baru-baru ini.
Ajeng menekankan, di sinilah peran orang tua menjadi semakin penting untuk memastikan si Kecil mendapatkan perasaan aman dan mendukung stimulasi untuk optimalkan kecerdasan emosionalnya.
Terkait Generasi Alfa, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melalui program Learn the Signs. Act Early, menyebut satu dari enam anak berusia mulai dari 3 tahun mengalami penyesuaian capaian perkembangan, yakni kondisi yang mempengaruhi bagaimana anak-anak bermain, belajar, berbicara, bertindak, atau bergerak. Karenanya, intervensi dini (sebelum usia sekolah) sangat diperlukan karena dapat memiliki dampak yang signifikan pada kemampuan anak untuk mempelajari keterampilan baru.
Guna membantu orang tua dalam mendukung tumbuh kembang optimal anak, baru-baru ini, CDC pun membuat penyesuaian surveillance milestones & tools, terutama pada checklist untuk anak usia 15 – 30 bulan.
Sejalan dengan data CDC, hasil polling online yang dilakukan oleh Enfagrow A+ bersama dengan Tiga Generasi baru-baru ini juga menemukan terjadinya penyesuaian capaian perkembangan kecerdasan akademis dan emosional pada Generasi Alfa yang lahir dan tumbuh pada masa pandemi.
Melalui polling yang dilakukan dengan menilai sejumlah skillset yang diharapkan dapat dikuasai anak pada usia tertentu ini, terungkap bahwa: sebanyak 18,2% responden menyatakan anaknya belum mampu mengikuti instruksi dua langkah ketika berusia 2 tahun dan 24,2% responden menyatakan anaknya belum mampu mendorong tangan keluar lubang baju atau mendorong kaki keluar lubang celana saat dibantu berpakaian di usia 12 bulan.
Selain penyesuaian milestone kecerdasan akademis dan emosional tersebut, khusus Generasi Alfa ini juga menghadapi tantangan klasik para pendahulunya, yaitu digitalisasi dan otomatisasi yang kini diperkirakan maju sekitar 5 tahun lebih pesat oleh para pakar. Tentunya, segala perubahan ini menambah urgensi untuk menyiapkan anak menghadapi masa depan yang dinamis dan semakin dibalut ketidakpastian.
Kesempatan sama, Lazuardi Putra selaku Category Manager Nutrition Reckitt Indonesia menambahkan, dengan semakin dekatnya era VUCA dan ditambah lagi percepatan digitalisasi dan otomatisasi, anak yang lahir di masa pandemi menghadapi tantangan yang lebih kompleks. “Persyaratan untuk sukses bukan hanya menjadi juara akademis di kelas saja, namun juga memiliki kecerdasan emosional,” ujarnya.
Para ibu tentu membutuhkan sebuah panduan baru untuk menjawab ini. “Karena itu, melalui A+ Masterclass bersama psikolog, kami ingin mendampingi para Ibu dalam upaya mereka mengembangkan kecerdasan akademis dan emosional si Kecil, serta mengingatkan pentingnya asupan nutrisi yang optimal baginya,” tandas Lazuardi. (HG)