Hidupgaya – Pemerintah tengah berupaya keras melakukan pemerataan distribusi vaksin COVID-19 dalam mengejar target tercapainya kekebalan kelompok yang hanya akan tercapai jika 70% populasi berhasil divaksinasi.

Program vaksinasi COVID-19 ini memiliki dampak penting bagi upaya pengentasan pandemi. Sayangnya, distribusi vaksin ke berbagai daerah mengalami sejumlah kendala. Menurut Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, kendala itu muncul karena Indonesia memiliki geografis yang menantang.  “Indonesia lebih dari 17 ribu pulau. Perbedaan geografis ini yang memberi kesulitan tersendiri untuk memasok vaksin COVID-19,” beber Maxi saat memberikan sambutan di acara virtual Technoplast bertajuk Tantangan Distribusi Vaksin COVID-19 ke Pelosok Indonesia, baru-baru ini.

Rantai dingin (cold chain), sebut Maxi, merupakan modal utama dan penting untuk mendistribusikan vaksin COVID-19 dengan aman. Rantai dingin yang dibutuhkan untuk menjaga vaksin adalah 2 hingga 8 derajat Celcius. “Pengemasan dan penyimpanan vaksin selama proses distribusi rantai dingin merupakan faktor utama dalam menjaga keamanan dan efektivitas  vaksin  hingga ke penerima,” jelasnya.

Maxi menambahkan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana distribusi vaksin adalah ketersediaan kendaraan, ketersediaan dan kapasitas sarana/alat pendingin sesuai karakteristik vaksin, jadwal distribusi, level stok maksimum dan minimum vaksin, dan juga waktu interval vaksin sesuai dengan jenis vaksin.

Menurutnya, selama proses distribusi harus dipastikan kualitas vaksin covid-19 terjaga dengan baik. “Untuk itu harus dilakukan pemantauan vaksin sepanjang proses distribusi. Dari Bio Farma ke Provinsi digunakan Bio Tracking dan Bio Detect yang dilengkapi freeze alert, alur perjalanan serta kualitas mutu vaksin selama perjalanan dengan memberikan peringatan dini ketika ada perubahan suhu yang signifikan dan dapat berdampak terhadap kualitas vaksin,” urainya.

Di kesempatan yang sama,  Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Kristoforus Hendra Djaya menuturkan selain masalah distribusi vaksin, tantangan lain adalah keengganan masyarakat untuk ikut program vaksinasi COVID-19. “Isu-isu yang muncul misalnya vaksin yang kedaluwarsa atau rusak saat diterima membuat masyarakat enggan melakukan vaksinasi COVID-19,” bebernya.

Untuk itu,  pihaknya sampai saat ini terus memberikan edukasi mengenai manfaat vaksinasi dalam mendukung pemerintah mengurangi penyebaran COVID-19 di Tanah Air.

Terkait penyimpanan vaksin, Kristoforus menambahkan, sesuai kesepakatan, vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celcius. Menurutnya, setiap vaksin sudah diukur berapa lama bisa bertahan di cuaca panas atau dingin. “Di dunia ini ada 30 vaksin dan masing-masing berbeda. Karena itu diambil kesepakatan harus disimpan di suhu 2-8 derajat Celcius,” bebernya. “Dan butuh alat khusus yang dilengkapi thermostat untuk mengangkut vaksin dengan aman. Cooler box untuk es tidak bisa menjamin vaksin aman selama distribusinya.”

Kotak Pendingin Khusus

Menjawab tantangan perlunya rantai dingin dalam distribusi vaksin, Technoplast memperkenalkan inovasi kotak berpendingin khusus membawa vaksin (insulated vaccine carrier/IVC), yaitu teknologi yang mampu memberikan kestabilan suhu ruangan antara 2 hingga 8 derajat Celcius dalam waktu 48 jam, meski suhu di luar ruangan mencapai 30 derajat Celcius.

Dijelaskan  Direktur Utama PT Trisinar Indopratama (Technoplast), Ellies Kiswoto, IVC Technoplast dilengkapi teknologi IOT (Internet of Things) yang bisa menjamin keamanan kualitas vaksin selama proses pendistribusian ke lokasi tujuan. “Teknologi IOT ini tidak sekadar mendeteksi suhu dan lokasi saja, tetapi juga memberikan informasi seperti tanggal pengiriman vaksin dari produsen, jumlah vaksin, real time lokasi, track record suhu, nama kurir, identifikasi pesawat, dan nomor plat mobil (yang mengangkut vaksin),” bebernya.

Ellies menambahkan, setiap vaksin box memiliki QR code tersendiri. IVC Technoplast juga telah dinyatakan lolos uji oleh balai sertifikasi Sucofindo.  WHO merekomendasikan minimal 20 jam untuk kotak dingin COVID-19. “Technoplast sengaja mendesain agar tahan sampai 48 jam. Jadi lebih panjang durasinya,” bebernya.

Dalam satu kotak pendingin bisa disimpan 500 vaksin. Saat ini kapasitas produksi Technoplast mampu membuat 2 ribu kotak dingin per hari atau 60 ribu produksi per bulan. Sudah ada sejumlah negara yang tertarik dengan kotak dingin Technoplast. “Khususnya sejumlah negara yang memiliki tantangan geografis seperti Indonesia,” tandas Ellies.

Dengan kepastian keamanan vaksin, diharapkan animo masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 terus meningkat dan dapat mempercepat pencapaian target vaksinasi di Indonesia. (HG)