Hidupgaya.co – Survei antropometri di tujuh daerah di Indonesia mendapati hasil bahwa usia menarke (menstruasi pertama) anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun. Untuk diketahui, kondisi kesehatan reproduksi saling mempengaruhi dengan kesehatan reproduksi secara umum, karena status nutrisi dari anak tersebut.  

“Anak yang kegemukan akan lebih cepat menarke karena hormon estrogen yang disimpan pada jaringan lemak menyebabkan peningkatan bioaktivitasnya,” ujar dr. Yassin Yanuar MIB, Sp.OG, KFER, dalam webinar Rahasia Talks : 911 Super Parents Kit by Hers Protex yang digelar baru-baru ini.

Yassin menambahkan pentingnya peran orang tua dalam mempersiapkan tanda – tanda menstruasi pada remaja putri, termasuk dalam hal ini mengajarkan mereka untuk tidak takut menyentuh organ kemaluannya sendiri, sama seperti memegang organ tubuh lainnya layaknya tangan dan jari-jari. “Ajarkan nama-namanya, ada labia mayora, dan lain sebagainya,” tuturnya. 

Untuk higienitas, ajarkan anak untuk membasuh atau mengusap organ intimnya dari depan ke belakang mencegah timbulnya koloni kuman dari anus ke vagina, dan pembalut sebaiknya diganti setiap 4-6 jam sekali ketika menstruasi demi mencegah infeksi. 

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan itu mengatakan, di atas 90% perempuan mengalami setidaknya satu gejala menstruasi yang menyulitkan – minimal mengganggu setiap bulan sampai mengalami gangguan aktivitas. “Tolong dampingi putrinya untuk menjalani masa pubertas, dan mereka menjadi lebih paham mengenai tubuhnya sehingga menjadi figur dewasa yang menjaga kesehatan tubuhnya,” ujarnya.

Tidak hanya pendampingan dari sisi medis atau biologis, anak remaja juga butuh pendampingan orang tua dari sisi psikologis. Mengingat kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja bisa jadi memicu kerentanan remaja. 

Orang Tua Model Afeksi Anak, Bukan Pacar

Psikolog klinis anak, remaja dan keluarga, Roslina Verauli, M.Psi, Psi., di kesempatan sama mengatakan, sekira  10% remaja putri tidak tahu bagaimana cara memasang pembalut, ukurannya, dan lain sebagainya, dan tidak memiliki akses utk bertanya. “Orang tua harus menjadi teman diskusi bagi anaknya. Karena perkembangan otak pada remaja, umumnya terjadi ledakan emosional dan potensi terjadinya perilaku berisiko,” ujarnya. 

Ilustrasi pendampingan ibu kepada remaja (dok. ist)

Vera menambahkan, orang tua harus menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki masalah. “Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya. Merasa dicintai adalah penghayatan paling dasar, sadar bahwa anak dicintai orang di sekitarnya,” terangnya.

Psikolog itu mendorong orang tua untuk melakukan pendekatan kepada anak sesuai zaman. “Dekati anak sesuai dengan zamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si Anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti,” bebernya 

Selain itu, peran orang tua sangat besar dalam psiko sosial remaja, di antaranya: menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat.

Vera menyebut, sekira 70% remaja putri pengalaman seks pertamanya terkait ada paksaan dari pacarnya (black dating) yaitu kekerasan dalam relasi berpacaran. “Ketika anak perempuan nggak mau dicium, teman laki-laki harus menghargainya. Harus ada persetujuan. Itu namanya consent. Sebagai orang tua harus memperkenalkan consent terhadap anaknya,” urainya. “Ketika tidak artinya tidak, ketika diam artinya tidak, ketika ya, artinya ya.”

Connect first than correct, demikian Vera menyebut, sayangnya orang tua cenderung mengoreksi anak dulu. “Jika anak cerita, biarkan mereka cerita. Connect first, tunjukkan orang tuanya menerima mereka. Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar” ujarnya. 

Anak juga perlu bisa membedakan antara sentuhan yang baik (good touch) dengan sentuhan buruk (bad touch) dari orang tua. “Tujuannya agar anak dapat membedakan mana yang good touch, mana yang bad touch. Karena itu tidak bisa diajarkan melalui omongan tapi dari pengalaman,” ujarnya. “Jadi jika di luar anak mengalami sentuhan yang bad touch, mereka dapat membedakannya. Orang tua adalah model afeksi seorang anak, bukan pacarnya.”

Mengingat dinamika remaja yang kompleks, produk sanitary napkins Hers Protex milik WINGS Group Indonesia, mengajak para orang tua untuk berperan aktif mendampingi remaja dalam menjalani masa pubertas .

“Kadang anak-anak remaja kita kurang mengerti apa yang sedang terjadi di dirinya. Oleh karena itu, Hers Protex ingin menjadi support system yang bisa hadir menemani remaja putri di Indonesia menghadapi fase pubertas dan bisa menjadi wadah #SenyamannyaKamu untuk mengekspresikan bakat dan minat,” ujar Marketing Manager Personal Care Wings Group Indonesia, Mita Ardiani. (HG)

Advertisement