Hidupgaya.co – Procter & Gamble (P&;G) Indonesia menegaskan komitmennya sebagai perusahaan yang mendukung kesetaraan gender dengan turut menjalankan berbagai inisiatif guna mengakomodasi para ibu bekerja agar dapat tetap berperan secara utuh menjadi seorang ibu yang baik dan memiliki karir yang gemilang secara bersamaan.
Menjalani peran ganda, perempuan Indonesia juga berhadapan dengan permasalahan isu kesenjangan gender, sehingga membuat perempuan atau ibu bekerja kurang memiliki ruang gerak dan bekerja yang ideal. Padahal, kesetaraan gender dapat memperkuat kemampuan sebuah negara untuk mengurangi kemiskinan dan membantu ekonomi nasional berkembang.
Menyadari tantangan tersebut, P&G Indonesia menginisiasi berbagai kebijakan dan inovasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah bagi orang tua dan anak, sehingga para ibu bekerja dapat terus berdaya, sembari mencetak generasi emas selanjutnya.
Presiden Direktur P&G Indonesia, Saranathan Ramaswamy mengatakan, sejalan dengan misi perusahaan sebagai Force for Growth and Force for Good, pihaknya berharap upaya serta inovasi yang diciptakan dalam mendorong nilai kesetaraan dan inklusi dapat mendukung upaya pemerintah dalam menghapus kesenjangan gender dan ekonomi perempuan di Indonesia.
“Kami di P&G berdedikasi membuat keluarga Indonesia, terutama para ibu bekerja, dapat terus berkembang, dengan menyediakan dukungan, kebijakan dan sistem kerja yang setara dan inklusif, guna menghapus mitos dan hambatan yang ada, agar setiap individu, Karyawan perempuan dan ibu bekerja, mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan di setiap tahap kehidupan dan karir mereka,” tandas Saranathan.
Hal senada disampaikan Direktur Legal serta salah satu pemimpin Tim Equality and Inclusion (Kesetaraan dan Inklusi) P&G Indonesia, Angela Hertiningtyas. “Bagi kami di P&G, kesetaraan dan Inklusi adalah bagian fundamental dari identitas kami sebagai perusahaan, dimana akses dan kesempatan yang setara untuk belajar, sukses, dan berkembang tersedia bagi semua orang, baik secara eksternal maupun internal di lingkungan organisasi,” terangnya. “Kami menyadari bahwa beberapa karyawan, khususnya perempuan, tidak hanya berperan sebagai profesional di P&G, namun juga memiliki peran sebagai orang tua. Semua individu bernilai bagi kami, setiap individu terlibat, setiap individu berkinerja terbaik pada puncaknya.”
Dia menambahkan, semangat itulah yang mendasari guna memastikan bahwa elemen kesetaraan dan inklusivitas harus masuk ke dalam setiap kebijakan dan inisiatif bagi karyawan P&G.
Serangkaian inisiatif P&G dimulai dengan menyediakan fasilitas ruang laktasi yang kondusif bagi para ibu pekerja di kantor. Selain itu, P&G Indonesia juga mendirikan daycare yang dibuka sejak tahun 2019, berlokasi di pabrik Karawang, Jawa Barat. Fasilitas daycare tersebut telah memenuhi pedoman standar TARA dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), sekaligus menjadi tempat pengasuhan anak pertama yang dikelola perusahaan yang meraih standarisasi tersebut.
Selain di pabrik, kantor pusat P&G Indonesia yang berlokasi di Jakarta juga menjalankan inisiatif Lollyland, yaitu pop-up temporary care setiap tahun yang berlangsung sebelum dan sesudah periode Idul Fitri/Lebaran, untuk mengakomodasi kebutuhan karyawan dalam mengasuh anak selama absennya asisten rumah tangga atau perawat.
Angela menjelaskan, fasilitas daycare P&G, baik permanent daycare di pabrik Karawang dan pop-up temporary care, difasilitasi dengan para tenaga dan pakar yang tepat, sehingga anak-anak yang dititipkan juga akan diawasi kesehatannya. “Ini merupakan langkah kecil dari P&G Indonesia sebagai perusahaan yang memiliki komitmen kuat dalam mendukung pekerja perempuan, agar mereka dapat tetap memenuhi hak serta jaminan atas pengasuhan anak-anak mereka, tanpa dipungut biaya,”ujar Angela.
Tidak hanya dukungan berupa fasilitas fisik, P&G Indonesia juga terus berinovasi dalam menyediakan sistem dan kebijakan yang ramah terhadap karyawan yang memiliki anak. Di kantor pusat P&G Indonesia, sekitar 51 persen karyawan adalah perempuan, dan kurang lebih 43 persen di antaranya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Mempertimbangkan situasi tersebut, P&G Indonesia menerapkan kebijakan Flex@work bahkan sebelum masa pandemi, dimana para karyawan P&G diberikan fleksibilitas dalam menentukan jadwal dan lokasi kerjanya, melalui diskusi dengan atasan masing-masing serta divisi SDM.
Tidak hanya itu, P&G Indonesia juga menjalankan serangkaian inisiatif untuk mendukung perkembangan karyawan baik secara profesional dan personal melalui program mentoring, serta Employee Assistance Program (EAP) guna membantu karyawan yang memerlukan dukungan profesional untuk kesehatan mental, termasuk para ibu bekerja yang rentan terhadap stres.
Cuti Melahirkan Diperpanjang
P&G Indonesia kini juga tengah berupaya mengekspansi inisiatif kesetaraan gender ke satu tingkatan di bawah leadership team, yakni di jajaran manajemen. Di samping itu, sesuai dengan arahan pemerintah, P&G Indonesia menyediakan hak cuti hamil bagi pekerja perempuan selama 3,5 bulan, bahkan dengan opsi untuk dapat memperpanjang dengan tambahan 3 bulan sehingga total menjadi 6,5 bulan, jika dinilai perusahaan memang terbukti dibutuhkan.
Uniknya, selain karyawan perempuan, P&G Indonesia juga menyediakan cuti berbayar bagi karyawan laki-laki (paid paternity leave) selama 2 bulan agar para karyawan laki-laki juga dapat mendukung istri pada masa krusial, terutama pada 1 bulan pertama usia anak dalam mengasuh dan merawat anak.
Bagi karyawan yang juga berperan sebagai orang tua, P&G Indonesia turut menjalankan inisiatif Wonder Mommies. Adapun inisiatif tersebut merupakan sebuah support group untuk para karyawan perempuan yang memiliki anak, dimana para ibu bekerja di P&G bisa berbagi informasi dan mendapatkan edukasi dari para pakar yang diundang dalam sesi-sesi daring atau tatap-muka, mengenai topik-topik seputar pengasuhan anak.
“Beragam kebijakan yang ditetapkan oleh P&G tentunya lahir dari keanekaragaman yang terus bertumbuh dalam lingkup bisnis perusahaan. P&G menyadari secara penuh ketika perusahaan membangun tempat kerja yang inklusif dengan keterlibatan (engagement) yang tinggi, karyawan akan termotivasi melakukan pekerjaan dengan lebih optimal,” tandas Angela. (HG)