Hidupgaya.co – Diabetes merupakan salah satu dari penyebab utama neuropati perifer. Diperkirakan 50% orang dengan diabetes (1 dari 2 pasien) menderita kondisi ini. Neuropati merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi sistem saraf tepi dengan gejala seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki.
Disampaikan Sekretaris Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), DR. Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. “Masalahnya, sebagian besar (sekitar 3 di antara 4 orang) penderita diabetes tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit diabetes, juga kesadaran untuk kontrol berkala masih kurang,” ujarnya dalam temu media yang dihelat P&G Health sekaligus peluncuran Neurometer, sebuah aplikasi untuk mengetahui risiko neuropati, di Jakarta, baru-baru ini.
Padahal, Wismandari menambahkan, orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati. Komplikasi diabetes, selain dapat menimbulkan kematian, juga dapat mengurangi kualitas hidup. ‘Misalnya gangguan neuropati diabetik yang dapat membuat penderita tidak menyadari bila ada luka pada tubuhnya,” ujarnya.

Peluncuran aplikasi Neurometer persembahan P&G Health melalui merek Neurobion (dok. ostimewa)
Oleh karena itu, Wismandari menyarankan agar orang dengan diabetes harus teratur melakukan konsultasi atau kontrol ke dokter, patuh pada rekomendasi penanganan yang diberikan oleh dokter dan melakukan deteksi dini risiko penyakit penyerta.
Data International Diabetes Federation (IDF) Atlas edisi ke-10, saat ini setidaknya 1 dari 10 orang atau sebanyak 537 juta orang di dunia hidup dengan diabetes. Apabila tidak ada intervensi, angka ini diproyeksikan akan meningkat, mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan 784 juta pada tahun 2045.
Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Esti Widiastuti M, MScPH mengakui peningkatan angka orang dengan diabetes sangatlah memprihatinkan. “Pemerintah mengupayakan pengendalian penyakit diabetes sekaligus penyakit penyertanya, seperti neuropati diabetik. Pada neuropati diabetik, pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi telah menyusun upaya tata laksana mengurangi nyeri karena neuropati diabetik,” ujarnya.
Esti menyampaikan, nyeri neuropati diabetik kerap menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga mempengaruhi suasana hati dan kualitas hidup penderita diabetes. “Nyeri yang berlangsung kronik bahkan dapat menyebabkan timbulnya keluhan depresi,” ujarnya.
Dengan tata laksana ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang dengan diabetes. “Kami mengapresiasi inisiatif P&G Health atas komitmennya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi neuropati dan kesehatan saraf secara umum, juga pentingnya deteksi dini yang dapat diakses dengan aplikasi Neurometer untuk menilai tingkat risiko neuropati,” tandas Esti. (HG)