Hidupgaya.co – Batik menjadi salah satu wastra Nusantara yang tak lekang waktu. Kekayaan budaya tak benda Indonesia yang telah diakui UNESCO ini sejak lama menjadi sumber inspirasi bagi para desainer fashion Indonesia. Salah satunya adalah Leny Rafael, berkolaborasi dengan WOU Batik, perancang busana ini hadirkan koleksi Abimana Series di Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST) sebagai bagian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC).
Mengusung merek ‘WOU Batik Luxury By Leny Rafael’ kolaborasi ini menyasar kalangan menengah atas di rentang usia 25-45 tahun. “Ini merupakan koleksi ready to wear dengan warna-warna batik yang soft. Meski batik Solo terkenal dengan warna sogan, namun kali ini tampil lebih soft, pastel yang terkesan kekinian,” terang Leny usai pergelaran busana di hari pertama ISEF 2022, Rabu (5/10/2022).
IN2MOTIONFEST menjadi debut ‘WOU Batik Luxury By Leny Rafael ‘mempublikasikan desain terbaru batik yang diberikan sentuhan manik-manik sebagai ciri khas Leny untuk memberikan kesan glamour. “Ini menjadi semacam soft launching WOU Batik Luxury By Leny Rafael. Nantinya direncanakan ada kelanjutannya,” ujar Leny.
Untuk koleksi Abimana Series Leny menampilkan 8 look, beberapa di antaranya diperagakan empat muse, yakni Lisya Nurrahmi, Nina Septiani, Mellya Baskarani, dan Intan Widya Nanda. Koleksi busana ready to wear itu hadirkan gaya modern luxury dengan memanfaatkan paduan kain batik, satin, tile, dan organza. “Look dari koleksi ini menampilkan jenis busana seperti rok lilit, outer, dan inner,” terang Leny.
Menariknya, koleksi Abimana Series ini bisa dipadu-padan sehingga menghasilkan tampilan berbeda. Soal harga, dimulai dari Rp400 ribu hingga Rp1,8 juta.
Leny menambahkan, tema Abimana yang diusungnya menggambarkan dirinya sebagai sosok wanita yang kuat, semangat dan mandiri untuk kembali melakoni bisnis yang sempat terdampak karena pandemi Covid-19. “Kolaborasi Leny Rafael dan WOU Batik menjadi titik awal menyambut dunia bisnis yang mulai menggeliat. Saya dan WOU Batik memiliki kebutuhan saling melengkapi. Saya butuh produsen yang bisa memproduksi busana ready to wear secara massal. Dan WOU Batik membutuhkan saya untuk merancang produk untuk segmen menengah atas,” tuturnya.
Incar Target Menengah Atas
Hal senada juga disampaikan Anton Wibowo, pendiri WOU Batik yang memulai usahanya dari seorang reseller bermodal minim, hanya Rp200 ribu saat itu. “Saya gunakan uang Rp200 ribu untuk pasang iklan. Alhamdulillah, berkembang pesat dan berjalan lancar,” ujarnya.
Pria yang memulai usaha batik sejak 2016 awalnya menjual pakaian batik couple (sarimbit). Dia memasarkan dagangannya melalui media sosial seperti Facebook dan selanjutnya merambah sejumlah marketplace.
Mulai 2020, Anton mulai melirik pangsa pasar menengah dengan membesut merek WOU Batik Premium. Dalam hal ini dia memberdayakan perajin batik dari Solo dan Sragen. Dalam meluaskan cakupan bisnis dan menjangkau pasar lebih atas, Anton memutuskan berkolaborasi dengan Leny Rafael.
Anton menyadari, untuk bisa masuk ke segmen menengah atas, butuh sejumlah faktor pendukung di antaranya bahan berkualitas baik dan desain yang tidak pasaran. “Dengan Leny Rafael saya merasa cocok. Jadi kita memuttuskan berkolaborasi,” ujarnya.
Keputusan masuk ke segmen menengah atas, menurut Anton, dilakukan melalui riset. “Kami sudah melakukan riset dan menyimpulkan pangsa pasar middle up untuk produk kami ini masih cukup besar, dan ini belum kami jangkau,” imbuhnya.
Khusus kerja sama dengan Leny Rafael, Anton mengatakan WOU Batik akan menciptakan corak batik khusus yang mencirikan karakter karya sang desainer. “Kami sepakat menggunakan gambar bunga sakura sebagai corak batik khas produk WOU Batik Luxury By Leny Rafael,” pungkasnya. (HG)