Hidupgaya – Perlahan namun pasti geliat ekonomi, terutama di bidang fesyen sudah mulai terlihat. Menurut data Indonesian Fashion Chamber (IFC), bila selama kurun Maret-Mei 2020 omzet penjualan fesyen menurun hingga 70 persen, namun hingga akhir 2020 penurunan itu berkurang tinggal 40 persen. “Memasuki tahun 2021, penurunan omzet sudah tinggal 20 persen. Artinya geliat dunia fesyen sudah mulai muncul lagi, meski belum pulih seperti tahun-tahun sebelumnya, namun setidaknya sudah mulai ada geliatnya,’’ ungkap Wakil ketua IFC, Lisa Fitria dalam bincang-bincang di acara Nina Nugroho Solution, baru-baru ini.

Acara Nina Nugroho Solution yang dipandu oleh desainer busana kerja untuk muslimah = Nina Septiana yang membesut merek NIna Nugroho – merupakan bentuk tanggung jawab sosial dari merek busana wanita profesional berisi diskusi mengenai beragam topik yang berkaitan dengan perempuan, mulai dari fesyen, kecantikan, kesehatan, pendidikan, pengasuhan anak hingga wirausaha.
Lisa menambahkan, meskipun penjualan fesyen umumnya merosot drastis, namun ada peluang yang cukup menjanjikan yaitu memproduksi masker. “Memproduksi masker mampu menggantikan pemasukan harian dari brand yang sudah berjalan selama ini,” ujarnya.
Selain produksi masker yang menjadi kebutuhan primer di masa pandemi, pasar yang masih terbuka adalah menggarap corporate uniform (seragam perusahaan) dan upcycling
fashion. ‘’Tidak harus berpikir perusahaan besar, tapi perusahaan kecil sangat banyak yang bisa digarap. Katakanlah restoran Padang saja kan butuh seragam, klinik-klinik kecil juga butuh seragam dan itu jumlahnya banyak,’’ imbuhnya.
Terkait dengan konsep upcycling bisa dimulai dengan melihat kembali stok yang mungkin masih
menumpuk di gudang dan belum sempat terjual selama pandemi setahun silam. Lakukan pemilahan produk. Jika ternyata sudah ketinggalan tren, segera lakukan modifikasi dengan menambah, mengurangi atau menggabungkan sehingga menjadi bentukan baru. “Prinsip upcycling sejalan dengan kampanya sustainable fashion yang digaungkan IFC sejak mula,” beber Lisa.
Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan di masa pandemi adalah mengkaji ulang rencana bisnis. Terkait hal ini, Lisa menambahkan, IFC melakukan banyak pelatihan kepada para anggota selama pandemi. “IFC banyak menyelenggarakan coaching untuk para anggota, termasuk menguatkan tim. Dengan hibernasi di masa pandemi, kita justru bisa menguatkan tim, bisa mengajak semua untuk bahu membahu,’’ tuturnya.
Salah satu upaya untuk memulihkan bisnis di masa pandemi adalah dengan melakukan penjualan daring. “Ketika penjualan online menjadi salah satu pilihan, itu membuat orang sekarang terbiasa melihat secara visual. Harus menarik untuk dilihat. Maka pilihannya adalah melakukan pemotretan dengan bagus. Bagaimana menyiasati sudut-sudut rumah untuk dijadikan latar foto atau menyiapkan wallpaper yang murah namun tetap menari,” urai Lisa.
“Penting juga membuat konten video yang menarik. Saya pun yang tadinya malas belajar aplikasi foto dan video akhirnya harus mau belajar dan sering kaget dengan hasilnya, kok bisa luar biasa. Jadi jangan takut belajar hal baru,” pungkas Lisa. (HG)