Hidupgaya.co – Stunting patut mendapat perhatian serius karena dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan tepat.   Di Indonesia, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti wasting (gizi kurang) 7,7%, underweight (kurus) 17,1%, dan overweight (gemuk) 3,5%. Hal ini terjadi karena masih banyak wilayah yang membutuhkan dukungan dan perhatian khusus berbagai pihak, karena prevalensi angka stuntingnya lebih tinggi bandingkan daerah lain. Salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat, dengan angka prevalensi stunting tertinggi keempat di Indonesia, yaitu sebesar 32,7%.

Disampaikan dokter spesialis gizi klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK, stunting merupakan masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. “Selain bentuk fisik, anak dengan kondisi stunting berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan rentan terhadap penyakit,” ujarnya dalam temu media di Lombok, Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.

Asupan nutrisi yang tidak optimal, seperti rendahnya asupan protein hewani dan at besi yang dapat menyebabkan anemia, menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak. “Tubuh yang kekurangan asupan protein hewani dan zat besi akan mengalami gangguan fungsi hormonal, regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh, massa otot, fungsi kognitif dan kemampuan motorik anak,” ujar Nurul.

Bersama dengan asupan nutrisi yang tidak optimal, anemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya gangguan pertumbuhan (growth faltering) yang merupakan awal terjadinya stunting. “Bila kondisi tersebut terus berlanjut maka akan berdampak serius pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak seperti terhambatnya pertumbuhan fisik yang dapat menyebabkan stunting,” urainya.

Nurul menambahkan, asupan nutrisi yang tepat dengan gizi seimbang menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting.

Andalkan Pangan Lokal Kaya Gizi

Isi Piringku merupakan panduan gizi lengkap dan seimbang untuk sekali makan yang mendukung pemenuhan asupan gizi harian anak. Untuk itu, agar dapat membantu pemenuhan nutrisi harian anak, makanan bergizi seimbang yang kaya dengan protein hewani sangat penting untuk mendukung pertumbuhan optimal anak serta membantu mencegah dan mengatasi stunting. 

“Selain itu, penting juga untuk dilengkapi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C yang bermanfaat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat  guna mendukung tumbuh kembang maksimal anak,” tutur Nurul.

Dengan penyerapan zat besi optimal dapat membantu meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh anak.

Dia menambahkan, ada banyak sumber makanan yang mengandung protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, telur dan susu terfortifikasi. 

“Bahkan banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani. Lombok memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak,” ujar Nurul.

Protein hewani yang mudah ditemukan di Lombok antara lain  ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang mudah ditemukan masyarakat. Contoh lain adalah nyale (cacing laut) yang ternyata kaya protein hewani hingga 43,84%. Angka itu jauh lebih tinggi dari telur ayam mengandung 12,2% dan susu sapi sekitar 3,5%. Nyale juga memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm – ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm). 

“Selain pangan lokal yang kaya protein untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, dapat juga dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi & vitamin C agar anak tumbuh optimal,” ujar Nurul.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS menekankan Provinsi NTB terus berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penurunan stunting. Upaya tersebut telah memberikan hasil positif, dimana berdasarkan Sigiziterpadu (e-PPGBM) telah menunjukkan penurunan angka stunting di NTB pada 2022 menjadi 16,86%. 

Dia mengakui upaya penanganan stunting tentunya harus terus dilakukan dengan koordinasi dan keterlibatan antar lima elemen yang disebut pentahelix yaitu pemerintah pusat dan daerah, akademisi atau perguruan tinggi, sektor swasta, masyarakat atau kelompok komunitas, serta media. “Kolaborasi ini bisa dilakukan dengan terus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemenuhan nutrisi

dengan protein hewani dan menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Lalu Hamzi. “Karenanya, kami menyambut baik kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti dukungan dari Danone Indonesia dalam mendukung penyelesaian masalah stunting di NTB dalam memperkuat intervensi spesifik dan intervensi sensitif.”

Intervensi spesifik merupakan penanganan yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu memberikan makanan yang kaya protein hewani. Sedangkan intervensi sensitif yang merupakan penanganan faktor-faktor penyebab stunting di luar kesehatan seperti masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan yang juga sangat menentukan dalam upaya menurunkan kasus stunting di NTB.

Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin menyampaikan pihaknya ingin berkontribusi mendukung pemerintah dalam mengampanyekan cegah stunting dengan protein hewani. “Salah satunya melalui inisiatif yang kami lakukan di

Lombok ini yang merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya asupan makanan yang kaya akan protein hewani, dilengkapi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C guna mendukung tumbuh kembang maksimal anak,” ujarnya. 

Dia berharap, melalui inisiatif tersebut semakin banyak lagi masyarakat Lombok yang teredukasi tentang pola makan dengan gizi seimbang dalam upaya mencegah sunting agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan optimal untuk jadi anak generasi maju. (HG)

Advertisement