Hidupgaya.co – Polusi udara juga dipicu oleh pemakaian bahan bakar minyak (BBM) yang tidak berkualitas. Disampaikan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, bila menginginkan udara yang bersih, warga masyarakat harus menggunakan BBM yang berkualitas dan ramah lingkungan. Hal ini bukan hanya berlaku bagi kendaraan pribadi, namun juga transportasi umum.
“Warga Jakarta seharusnya memang menggunakan bahan bakar yang bekualitas lebih tinggi dan mahal. Karena tingkat emisi di Jakarta Itu paling tinggi,” ujar Tulus dalam diskusi publik Pengendalian BBM Bersubsidi Tepat Sasaran di DKI Jakarta secara daring, baru-baru ini.
Dia menambahkan, pemakaian BBM bersubsidi saat ini menjadi salah satu perhatian YLKI. Merujuk pada UU 30 Tahun 2017 tentang Energi, ditegaskan bahwa subsidi energi merupakan adalah hak masyarakat yang tidak mampu. “Sayangnya, penggunaan BBM subsidi 20 persennya adalah masyarakat yang mampu,” ujar Tulus.
Karenanya, penggunaan BBM bersubsidi harus dibatasi agar penggunaannya lebih tepat sasaran. “Kebijakan pengendalian BBM bersubsidi adalah masuk akal. Barang bersubsidi apapun jenisnya harus dibatasi dan dikendalikan,” terang Tulus.
Polusi udara di Jakarta, salah satunya disumbang oleh kendaraan bermotor yang memakai BBM berkualitas rendah. “Polusi emisi menyebabkan langit Jakarta mendung. Langit gelap seperti akan terjadi hujan,” imbuh Ketua YLKI.
Tulus Abadi menyampaikan rekomendasi pengendalian BBM bersubsidi pada Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya, pengendalian BBM bersubsidi itu harus secara operasional, dalam arti harus ada insentif dan disinsentif. Insentif yang dimaksud Tulus adalah Pemprov DKI harus mendorong sebanyak mungkin penyediaan transportasi umum massal sehingga terjadi migrasi ke angkutan umum. “Itu akan berkontribusi untuk menurunkan emisi (udara),” terangnya.
Sedangkan untuk disinsentif, bila masyarakat masih tidak mau menggunakan angkutan umum, artinya harus bersedia menggunakan bahan bakar yang lebih mahal. Alasannya, pemakaian BBM murah dan tidak berkualitas berkontribusi mencemari lingkungan.
Tulus menekankan, warga Jakarta seharusnya memang menggunakan bahan bakar yang berkualitas lebih tinggi sehingga tingkat emisi di Jakarta bisa diturunkan. (HG)