Hidupgaya.co – Dua puluh lima tahun merupakan waktu yang tidak singkat dalam berkarya, termasuk di bidang fashion. Belum lama ini desainer fashion terkemuka Indonesia, Denny Wirawan merayakan pencapaian 25 tahun berkarya, dengan menggelar pergelaran tunggal bertajuk ‘Langkah Spring Summer Collection 2023’ di Grand Ballroom InterContinental Jakarta Pondok Indah

Tetap setia mengangkat keindahan wastra Indonesia dan mendengungkan keragaman budaya Indonesia, pergelaran desainer kelahiran Bali itu didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan Bank BNI.

Berkiprah sebagai desainer busana sejak 1996, untuk pergelaran tunggalnya Denny mengangkat batik Kudus dipadukan dengan wastra Bali, mencakup songket, tenun ikat, dan gringsing. “Saya main padu-padan antara batik dengan songket, tenun ikat dan gringsing,” kata desainer yang besar di Surabaya dan sempat bekerja di toko kain setelah lulus SMA.

Tenun ikat khas Bali –  disebut juga endek – dipadukan dengan batik Kudus dalam cutting rapi. Selain endek, desainer yang pernah bekerja di rumah mode Ptajudi itu juga menggunakan gringsing, jenis kain yang diproduksi oleh suku tertua di Bali. Gringsing, sebut Denny, dibuat dengan proses rumit. “Songket dan endek itu menggunakan pewarnaan alam. Jadi, memang kita tetep menciptakan sesuatu dengan konsep ramah lingkungan,” tutur desainer yang mengaku lebih fokus menggarap segmen busana ready to wear sejak awal karir.

Denny Wirawan usai pergelaran tunggal Langkah Spring Summer Collection 2023 (dok. istimewa)

Untuk songket, Denny bahkan sengaja tidak memotong kain dan menambahkan tasssel sebagai pemanis. “Saya merasa sayang memotongnya, jadi dibiarkan saja utuh dan dipermanis dengan tassel,” ujarnya.

Denny menambahkan, tak hanya dari segi pewarnaan, proses ramah lingkungan dalam koleksi Langkah Spring Summer Collection 2023 juga diterapkan dalam pembuatan salah satu jenis kain, yaitu kain songket. “Benang-benang dalam kain songket berasal dari benang hasil olahan limbah. Limbah itu diperoleh dari bekas potongan benang produksi songket perajin sebelumnya. Potongan-potongan itu dikumpulkan dan disatukan kembali dengan cara dipintal sehingga terciptalah sebuah gelondongan benang yang baru,” terangnya.

Dengan demikian, proses itu membuat benang-benang yang sebelumnya tak terpakai, jadi lebih bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia. Selain itu, karena disatukan dari benang yang warnanya berbeda-beda, dalam satu pintal bisa menghasilkan gradasi warna yang berbeda pula. Alhasil setiap kain songket yang dihasilkan juga akan memiliki warna serta visualisasi unik.

Kesempatan sama, Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, mengatakan pihaknya sudah berkolaborasi dengan Denny Wirawan sejak 2016. “Konsistensi Denny Wirawan dalam menghadirkan karya memiliki ciri khas sejak awal kiprahnya, yaitu tak berhenti menggunakan wastra Indonesia dan mengubah helaian kain menjadi sebuah pakaian yang membuat bangga siapa pun yang memakainya,” ujarnya.

Kecintaan Denny terhadap budaya Indonesia inilah yang sejalan dengan visi dan misi kami untuk mengajak masyarakat bersama-sama mencintai serta melestarikan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam. “Denny juga selalu menularkan inspirasi bagi generasi muda tanah air, khususnya dalam program mengangkat batik Kudus agar terus lestari dan dikenal masyarakat luas,” ujar Renitasari seraya menambahkan dukungan Djarum Foundation dalam pergelaran tunggal itu terutama dalam pendanaan.

Dalam koleksi Langkah, Denny mengangkat berbagai wastra dari Bali yang dihadirkan dalam 52 karya menggunakan berbagai kain Bali di antaranya kain tenun endek, kain gringsing, kain songket, yang dipadukan dengan batik Kudus, dan dihadirkan dalam tiga sequence. 

Seluruh material yang digunakan didapatkan langsung dari tangan perajin di berbagai pelosok Bali, melalui perjalanan yang dilakukan oleh Denny.

Koleksi Langkah Spring Summer Collection 2023 (dok. istimewa)

“Konsep pergelaran ini memadukan antara trunk show yang menghadirkan koleksi busana yang wearable, namun saya juga ingin menghadirkan rangkaian koleksi yang mewakili proses saya berkarya selama ini,” terang Denny. 

Sebagai pelengkap keseluruhan koleksi, Denny membuat perhiasan yang terinspirasi dari perhiasan otentik Bali yang dikreasikan lebih modern di perajin perhiasan yang ada di Solo, serta dua area di Bali, yaitu di Celuk dan Bangli. Untuk pembuatan perhiasan tradisional seperti yang dipakai oleh penari atau pengantin Bali menggunakan material logam khusus yang asalnya dari perajin di daerah Bangli saja. 

Denny bertekad akan terus menjelajahi kekayaan budaya Indonesia dengan segala prosesnya. “Harapan ke depan, saya terus diberi kesempatan untuk berkarya. Bukan hanya tentang fashion, tapi juga menjaga warisan budaya,” pungkasnya. (HG)