Hidupgaya.co – ‘Sihir’ Citayam Fashion Week sukses membius siapa saja, Bukan hanya remaja Citayam Bojonggede dan Depok yang berkumpul di area Dukuh Atas Sudirman, namun juga remaja dan bahkan orang dewasa dari wilayah lain, bahkan Bintaro, Tangerang Selatan dan area yang jauh dari SCBD (Sudirman Citayam Bojonggede Depok).

Area di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas ini penuh sesak setiap Sabtu Minggu. Orang dari beragam usia, mulai anak-anak hingga dewasa bahkan lansia, datang ke area ini lengkap dengan outfit (busana) dan dandanan yang mereka anggap kece, aliat stand out among the crowd. Menonjol di antara kerumunan.

Orang-orang datang ke area yang memiliki julukan viral Citayam Fashion Week tak pelak punya tujuan see and be seen (melihat dan ingin dilihat). Makanya pada dandan habis, kalau bisa bersaing dengan Bonge Cs, anak-anak Citayam dan sekitarnya, yang lebih dulu meramaikan area Dukuh Atas hingga kondang seperti sekarang.

Harus diakui, magnet Citayam Fashion Week memang luar biasa. Sejumlah pesohor dan pejabat publik pernah datang ke area ini dan menjajal ‘catwalk’ di zebra cross seluas 15-20 meter di samping Stasiun MRT Dukuh Atas untuk berpose, dan tentu saja dlihar ratusan orang. Ridwan Kamil,  desainer Zaskia Sungkar adalah di antara segelintir pesohor yang sudah menjajal ‘trunk show’ di area Citayam Fashion Week.

Jurnalis gaya hidup yang tergabung di @AsahKebaikan menjajal catwalk #CitayamFashionWeek (dok. asahkebaikan)

Paula Verhoeven, istri pesohor Baim Wong juga pernah datang ke area ini. Bahkan, Baim Wong dan Indigo ‘gercep’ mendaftarkan merek Citayam Fashion Week ini ke Kemenkumkam. Tindakan ini sontak memunculkan pro dan kontra, warganet riuh. Hingga muncul ungkapan ‘The idea is created by the poor, stolen by the rich’ yang diterjemahkan kurang lebih ‘Ide diciptakan oleh orang miskin tapi dicuri oleh orang kaya’.

Banyak orang yang menyuarakan sikap atas inisiatif Baim ini. Yuswohady, pakar marketing dan branding, dalam unggahan di Instagramnya menyuarakan keprihatinan. Yuswo menulis prihatin dengan lunturnya Citayam Fashion Week (CFW), karena adanya invasi kaum kaya yang mengeksploitasi dan mengkomodifikasi hype CFW. Saat membaca berita perihal Baim mengajukan klaim merek Citayam Fashion Week ke Kemenkumham, Yuswo menganggap itu hal menyedihkan sekaligus memalukan.

Yuswi menyebut, keunikan CFW terletak pada otentisitasnya. Ia terlahir melalui proses yang natural dan polos tanpa embell-embel  kepentingan bisnis, politis, atau pencitraan dari anak-anak muda perintisnya. “Ia (CFW) tercipta oleh anak muda kampung – Bonge cs – yang ingin mencari ruang kreasi untuk mengekspresikan jati diri mereka yang otentik  dan apa adanya melalui fesyen. Kebetulan Dukuh Atas menjadi pilihan karena akses yang mudah dan murah,” sebut pakar marketing melalui unggahan di akun IG @yuswohady.

Kondisi berbalik ketika CFW menjadi hype luar biasa.Yuswo menyebut, sekonyong-konyong para ‘free riders’ (pesohor, selebgram, artis, pejabat, politisi) bermunculan mengambil manfaat (mengeksploitasi) hype ini.

Situasi itu menurut Yuswo tidak salah, karena dengan gelombang invasi kaum kaya ini bola salju hype CFW kian membesar, dan nilai CFW meroket seketika. Walaupun memang otentisitas CFW menjadi luntur. Spirit-nya sudah bergeser dan roh-nya  sudah pudar. “Karena roh CFW ya Bonge cs, bukan kaum kaya itu,” sebutnya.

Namun demikian, Yuswo mengakui hal itu masih bisa ditoleransi sebagai bentuk ‘kompromi’ CFW dengan pasar dan jagat komersial. “Tapi ketika kemudian muncul free riders yang begitu mudah ‘menyerobot’ nama merek CFW untuk kepentingan bisnis mereka ini yang tak bisa ditolerir. Kreativitas, keberanian berekspresi, dan jerih-payah anak-anak muda kampung itu harus dihargai,” ujarnya.

Caranya, sebut Yuswo, mereka harus ‘memiliki’ dan menjadi ‘pemain inti’ CFW. Bukannya sekadar menjadi ‘pemain figuran’ bahkan ‘digusur’ oleh kekuatan modal  dan ketamakan komersial.

Pakar branding ini bahkan menekankan, apabila ‘penyerobotan’ CFW itu dibiarkan, maka ini menjadi pertanda “lonceng kematian’ bagi CFW. “Bukan hanya CFW di Dukuh Atas, tapi CFW sebagai simbol kebangkitan kreativitas anak-anak muda kampung yang selama ini terpinggirkan, minder, dan dianggap sebagai warga ‘kelas kambing’,” tandas Yuswo.

Jurnalis gaya hidup yang tergabung di @AsahKebaikan menjajal catwalk #CitayamFashionWeek (dok. asahkebaikan)

Ridwan Kamil Sarankan Pendaftaran HAKI CFW Dicabut

Sementara itu, Ridwan Kamil juga menanggapi soal aksi Baim Wong mendaftarkan merek CFW ke Kemenkumham itu. Dalam unggahan di  IG per Senin 25 Juli 2022, Gubernur Jawa Barat itu menulis: Nasehat saya, tidak semua urusan di dunia ini harus selalu dilihat dari sisi komersial. Fenomena #CitayamFashionWeek itu adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuhkembangnya harus natural dan organik pula. “Sekalinya diformalkan dan dimewahkan, apalagi oleh orang luar, malah akan hilang tujuan dan maksudnya. Dan biasanya gerakannya malah akan mati muda,” sebutnya.

Dalam unggahan IG, RK, sebutan untuk Ridwan Kamil, menyebut biarkan Citayam Fashion Week tampil apa adanya. “Biarkan ini jadi cerita, bahwa fashion jalanan tetap adanya di jalanan. Bukan di Sarinah (Gedung Sarinah di Sudirman yang megah), bukan di Podcast, bukan pula harus menginternasional. Biarkan tetap Slebew bukan Haute Couture,” ujarnya.

Gubernur dengan follower IG lebih dari 18 juta itu menyebut anak-anak CFW itu ada kalanya mereka hanya butuh ruang ekspresi. “Dan tidak perlu negara turut campur terlalu jauh. Tidak perlu pula individu-individu di luar komunitasnya ikut-ikutan mengatur-ngatur.Jika pun ingin diorganisasikan lebih baik, biarlah mereka sendiri yang mengurusnya melalui komunitasnya. Oleh mereka bukan Anda (merujuk pada postingan Baim Wong),” imbuhnya..

“Anda (merujuk kepada Baim) dan istri sudah hebat punya kerja-kerja luar biasa. Lanjutkan. Tapi bukan untuk inisiatif yang ini. Saran saya, pendaftaran HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) ke Kemenkumham dicabut saja. Terima kasih jika bisa memahaminya,” pungkas RK.

Panggung Siapa Saja Bisa Tampil

Terlepas dari polemik soal merek CFW, ada hal yang bisa dipetik dari riuhnya Citayam Fashion Week ini. Semua orang mendapat panggung dan gratis. Bukan hanya remaja Citayam dan sekitarnya, namun juga warga lain dari segala usia bisa menjajal ‘catwalk’ di area Dukuh Atas yang diinisiasi oleh Bonge dkk.

Siapa saja boleh eksis, bisa narsis dan tampil habis-habisan dan berlenggak lenggok di atas zebra cross ditonton ratusan pasang mata. Tidak ada yang melarang. Modalnya hanya satu: Kuat mental. Karena tak semua orang bisa jalan bergaya ala model di atas catwalk di muka publik. 

Missis Wibowo, founder Hidupgaya.co menjajal catwalk #Citayamfashionweek (dok. asahkebaikan)

Bukan model profesional tapi ingin merasakan jadi model, walaupun dadakan tanpa latihan pun bisa. Tim @Asahkebaikan yang beranggotakan beberapa jurnalis lifestyle menjajal panggung Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, Sabtu (23/7/2022) dengan kostum bertema Cewek Kue (busana warna warni ala kue), Cewek Mamba (busana hitam putih) dan Cewek Bumi (busana dengan warna-warna netral).

Lima jurnalis perempuan itu melenggok di atas zebra cross bergantian dengan peserta lain. Maklum, namanya juga catwalk umum dan gratis, jalannya harus gantian. Awal-awal jalan mungkin agak malu dan kagok, tapi setelah diulang-ulang bolak balik terlihat luwes juga. Malah, ada pose ala The Beatles di Abbey Road London UK yang ikonik itu. Hujan rintik rintik tak menyurutkan langkah, meskipun baju dan sepatu basah sebagai imbasnya. Semua tertawa, semua bahagia.

Mengingat zebra cross ini berada di jalan umum, banyak mobil lalu lalang yang terpaksa berhenti menunggu para model ‘jadi-jadian’ itu melintas. Seru? Tentu! (HG)