Hidupgaya.co – Virus COVID-19 bisa menjadi endemi, artinya akan bertahan dalam mode yang tidak terlalu menakutkan seperti flu atau selesma. Tapi itu mungkin tidak akan terjadi sampai 2024, menurut sebuah studi baru dari Universitas Yale yang diterbitkan minggu ini di PNAS Nexus.
Para peneliti mempelajari tingkat infeksi pada tikus dan memodelkan kemungkinan jalur untuk virus COVID-19. “Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari virus corona hewan,” kata Caroline Zeiss, profesor kedokteran komparatif Yale dan penulis senior laporan tersebut.
Zeiss mengatakan bahwa beberapa orang mengembangkan kekebalan yang lebih baik setelah infeksi, tetapi kita masih membutuhkan vaksinasi yang terstandarisasi dan menawarkan tingkat kekebalan yang dapat diandalkan. “Dengan vaksinasi dan paparan alami, populasi mengakumulasi kekebalan luas yang mendorong virus menuju stabilitas endemi,” terang peneliti.
Tim Yale memperkirakan bahwa pada 2024 – empat tahun setelah pandemi dimulai pada Maret 2021 – sekitar 15% dari populasi dapat terinfeksi pada waktu tertentu.
Sementara itu, virus akan terus beredar, dan populasi tertentu akan tetap lebih rentan terhadapnya. “Kami tidak dapat berasumsi bahwa begitu mencapai keadaan endemi, semua orang aman,” kata Zeiss.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut, varian dominan di negara ini adalah BA.5, yang sangat menular dan menolak vaksin dan kekebalan.
Itu berarti seseorang yang telah dikuatkan (mendapat booster) atau baru saja terkena COVID-19 masih belum memiliki perlindungan, menurut laporan NBC News. Itulah sebabnya CDC merekomendasikan penggunaan masker di dalam ruangan lagi.
Pilek dan flu adalah penyakit endemi, artinya semua orang mendapatkannya sesekali, tetapi tidak terlalu berbahaya.
“Kita menerima bahwa kemungkinan akan terkena flu setiap tahun. Ini akan menjadi seperti itu, pada akhirnya. Namun, penyakit ini masih cukup patogen. Masih ada peringatan, bahwa bagi orang yang rentan, virusnya masih bisa mematikan,” tandas Zeiss. (HG)