Hidupgaya – Masih ingat beredar luas saran konsumsi dosis tinggi bagi mereka yang terkena COVID-19 dan menjalani isolasi mandiri. Bahaya nggak sih sebenarnya konsumsi suplemen dosis tinggi ini?
Bila diperhatikan, sejak pandemi COVID-19 dorongan konsumsi vitamin D3 dosis mega gencar dilakukan. Vitamin D3 dengan dosis mega sebesar 5000 IU, 10.000 IU, 20.000 IU bahkan 50.000 IU ini selain berbahaya, juga boros karena harganya termasuk mahal.

Menurut praktisi kesehatan dan ahli farmasi Julian Afferino, sebelum memutuskan untuk minum suplemen dosis tinggi harusnya dicek dulu di laboratorium. Misalnya untuk asupan vitamin D3 dosis tinggi, “Sebaiknya cek dulu kadar vitamin D3 dalam darah ke laboratorium sebelum minum suplemen. Apakah benar perlu minum dosis sebesar itu atau tidak,” saran Julian saat menjadi narasumber di IG Live Asah Kebaikan baru-baru ini,
Apoteker lulusan Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta ini mengatakan,kebutuhan vitamin D3 setiap orang berbeda. “Kebutuhan ini harus didasarkan pada pemeriksaan laboraturium. Jika kadar vitamin D3 dalam darah antara 20-30 ng/ml (nanogram per mililiter), maka kita hanya cukup mengonsumsi vitamin D3 sekitar 400-800 IU saja per hari,” bebernya.
Apabila hasil pemeriksaan lab menunjukkan kadar vitamin D3 dalam darah kurang dari 0 nm/ml, maka disarankan mengonsumsi vitamin D3 lebih dari 800 IU.
CEO Pharmacare Consulting itu menambahkan, untuk mencapai kadar vitamin D3 sebesar 20-30 nm/ml dalam darah, maka perlu mengonsumsi suplemen vitamin D3 sebesar 1.000-2.000 IU per hari.
Mengenai durasi konsumsinya berapa lama, Julian mengatakan sampai kadar vitamin tercukupi 20 nm/ml. Untuk mengetahui hal ini harus dilakukan pemeriksaan kalsium serum dalam darah setidaknya 3-6 bulan sekali. “Kalau sudah tercukupi, harus stop dan kembali lagi minum vitamin D3 dosis 400-800 IU saja per hari,” tandasnya.
Mengapa tidak boleh jor-joran konsumsi suplemen D3 meski demi alasan menjaga kesehatan di masa pandemi, alasannya adalah bila kelebihan vitamin D3 dalam darah melebihi 30 nm/ml justru akan menyebabkan hiperkalsemia yang berbahaya bagi tubuh.
Untuk diketahui, hiperkalsemia adalah kondisi tubuh menyerap mineral kalsium melebihi kapasitas normalnya. Kelebihan kalsium ini pada umumnya dapat dibuang lewat urin atau feses. Hanya saja, tak menutup kemungkinan bahwa sisa kelebihan kalsium tersebut akan disimpan dalam tulang, sehingga bisa menimbulkan efek samping merugikan
Julian menambahkan, konsumsi vitamin D3 mega dosis di atas 2.000 IU per hari akan menyebabkan kelebihan vitamin D3 dalam darah sehingga menurunkan kadar vitamin K2 yang menyebabkan kalsium terlepas dari tulang. “Hal ini justru berbahaya karena bisa terjadi hiperkalsemia yang berdampak buruk pada jantung dan juga menyebabkan pengeroposan tulang atau osteoporosism” bebernya.
Untuk diketahui, vitamin D3 merupakan bentuk paling alami dari vitamin D. Vitamin ini berperan penting dalam mengatur kadar kalsium di dalam tubuh dan menjaga kekuatan tulang dan gigi. Selain itu, vitamin D3 juga digunakan untuk mengobati penyakit tertentu.
Manfaat utama vitamin D3 adalah membantu tubuh menyerap kalsiumdan fosfor yang penting untuk membangun dan menjaga tulang yang kuat. Asupan vitamin D3 dari makanan atau suplemen baik dikonsumsi oleh orang-orang yang tidak mendapat cukup asupan vitamin D, baik dari sinar matahari maupun dari makanan. Misalnya penderita lupus, orang yang banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, atau menderita gangguan pencernaan yang membuat vitamin D sulit diserap oleh tubuh. (sumber: Berandasehat.id)