Hidupgaya – Daya tahan tubuh yang baik memegang peran kunci dalam melawan penyakit khususnya di masa pandemi. Oleh karenanya, kebutuhan gizi harus terpenuhi. Bicara soal gizi yang perlu dikonsumsi di masa pandemi, Dokter Spesialis Gizi Klinik Dr. Sheena RA, M.Gizi, SpGK mengatakan, bagi pasien yang positif COVID-19 sebaiknya konsumsi makanan disesuaikan dengan kebutuhan energinya, mencakup gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin, mineral).

“Tidak ada satu jenis makanan yang bisa sangat baik mencegah dan mengobati COVID-19. Mereka yang terkena COVID-19 tetap harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, yang tujuannya untuk memperbaiki imunitas tubuh,” ujar dr Sheena.

Menurut dr Sheena, saat terkena infeksi, umumnya tubuh membutuhkan asupan protein lebih tinggi, minimal 1,2 gram protein per kg berat badan per hari, dengan catatan fungsi ginjalnya baik. “Jika asupan protein dari menu harian tidak cukup bisa ditambahkan  suplementasi protein misalnya susu,” ujarnya.

Pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 harus konsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin dan mineral. “Tapi terpenting perhatikan kaidah gizi seimbang, dalam hal ini tumpeng gizi. Makanan pokok 3-8 porsi per hari tidak boleh dilewatkan. Sayuran 3-5 porsi, buah 2-3 porsi, protein nabati 2-3 porsi demikian juga protein hewani 2.3 porsi per hari. Tidak boleh ada makanan yang dihilangkan atau diganti dengan yang lain dalam jumlah lebih banyak,” ujar dr Sheena. “Boleh menambahkan susu, namun tidak boleh hanya minum susu saja lantas melupakan gizi yang lain.  Sumber protein bukan susu saja namun bisa dari daging, unggas, telur, lauk nabati seperti  tempe, tahu, kacang-kacangan.”

Bagi pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah dan mengalami anosmia,disarankan tetap makan seperti biasa. “Dipaksakan tetap makan, misalnya dengan mengubah konsistensi makanan jadi lebih lunak, lauk dicincang dan diberi kuah agar memudahkan menelan. Jika makanan lunak tetap tidak bisa, pertimbangkan mengganti dengan makanan cair yang mengandung gizi makro dan mikro,” ujar dr Sheena seraya berpesan agar pasien berkonsultasi berapa banyak makanan cair bisa dikonsumsi dengan dokter, atau baca aturan makan di label kemasan.

Untuk pasien COVID-19 anak-anak, menurut dr Sheena, asupan makanan kurang lebih sama dengan orang dewasa. “Perlu diatur komposisi gizi yang tepat, mencakup jumlah, jenis dan frekuensi.  Vitamin dan mineral harus cukup dan seimbang,” ujarnya. 

Kadang-kadang orang tua mengutamakan karbohidrat dengan target kenyang sehingga kebutuhan gizi lain tidak terpenuhi pada anak. “Anak justru butuh lebih banyak lauk pauk, mencakup 35 persen dari total kebutuhan energi harian. Makanan selingan tetap diberikan namun diatur agar tidak bikin kenyang sehingga anak tetap mau makan saat jam makan utama,” saran dr Sheena.

Bagi penyintas COVID-19, tetap upayakan makanan bergizi seimbang. Orang Indonesia biasanya membutuhkan 2000 kkal per hari. Bila ada keluhan lain pasca COVID-19, misalnya selera makan menurun atau ada penyakt komorbid yang kambuh maka harus dihitung kebutuhan kalori dan komposisi makannya. “Bila tidak ada keluhan Long COVID, kebutuhan kalori penyintas sama dengan sebelum sakit. Perlu suplementasi vitamin dan mineral untuk memperbaiki kondisi tubuh karena sehabis sakit tubuh memerlukan waktu untuk memulihkan diri. Konsumsilah multivitamin dan antioksidan,” saran dr Sheena.

Tak lupa, berjemurlah di pagi hari, misalnya di jam 9 pagi selama 15-30 menit. Pastikan saat berjemur mengenai 3 area tubuh, yaitu wajah, lengan dan kaki

Detri Warmanto, salah satu penyintas COVID-19 yang terpapar pada awal-awal pandemi berbagi kiat agar tetap bugar selama dan setelah terpapar. “Saya usahakan konsumsi makanan berprotein tinggi, tiap hari olahraga ringan untuk menaikkan endorfin tubuh. Selain itu saya berpikir positif dan menjaga mood tetap baik. Ini membantu proses kesembuhan juga agar tes PCR cepat negatif,” ujarnya.

Keluarga dan teman memberikan dukungan luar biasa saat Detri melawan COVID-19 setahun lalu. “Makanya sekarang saya selalu kasih semangat ke orang-orang yang tengah berjuang. Makan bergizi, tetap semangat dan berdoa. Lakukan hal-hal menyenangkan selama isolasi mandiri. Jaga agar mental tidak down itu penting bagi pejuang COVID-19,” pungkasnya. (sumber. berandasehat.id)