Hidupgaya – 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa emas tumbuh kembang anak, sehingga periode ini harus dioptimalkan. Pada masa ini, otak berkembang sangat cepat dan sifatnya tidak bisa diulang kembali. Karenanya, di masa kritis ini anak perlu asupan nutrisi nutrisi yang tepat berkualitas dalam mendukung perkembangan otak dan jaringan tumbuh kembang lainnya.
Salah satu asupan penting yang dibutuhkan anak di masa awal pertumbuhannya adalah protein, yaitu kelompok gizi makro (makronutrien), yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, selain karbohidrat dan lemak. Protein berperan penting dalam pemeliharaan dan pembangunan jaringan tubuh dan otot, hingga menjaga sistem kekebalan tubuh.
Protein tersusun dari senyawa kecil yang disebut asam amino. Ratusan asam amino ada di alam, tetapi tubuh manusia hanya menggunakan sekitar 20 jenis saja, 9 di antaranya tidak bisa dibuat tubuh – disebut asam amino esensial – sehingga harus diperoleh dari makanan.
Bicara tentang sumbernya, protein dibedakan menjadi dua, yaitu nabati (dari tumbuh-tumbuhan) dan hewani. Protein hewani memiliki komposisi asam amino esensial yang lebih lengkap dibanding protein nabati. Asam amino esensial ini penting karena menjadikan tubuh untuk menjadi lebih kuat, serta membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Tidak hanya itu, protein hewani juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih beragam, seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan asam lemak omega-3.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan protein hewani untuk dikonsumsi setiap hari atau sesering mungkin karena sumber hewani mengandung protein yang sangat tinggi dan lebih lengkap. Anak-anak yang sudah mendapatkan makanan pendamping ASI perlu mendapatkan asupan protein hewani untuk menunjang tumbuh kembangnya.
Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak, Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K) setuju bahwa anak di atas usia 6 bulan perlu diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein hewani. “Protein hewani mengandung asam amino lengkap yang berperan dalam membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak, termasuk dalam kondisi kurang gizi,” bebernya di acara Media Scientific Session yang diselenggarakan oleh PT Frisian Flag Indonesia menandai peluncuran susu pertumbuhan Frisian Flag Primagro 1+ dan 3+ secara daring, baru-baru ini.
Anak yang kekurangan 9 asam amino esensial (AAE) di masa emas pertumbuhannya akan menyebabkan pembentukan otaknya menjadi tidak optimal. Dengan kata lain, protein hewani dengan kandungan 9AAE akan mendukung pertumbuhan linier dan perkembangan otak untuk modal kesehatan anak di masa depan.
Kekurangan Gizi dan Stunting
Lebih lanjut dijelaskan, kekurangan gizi bisa memicu masalah stunting. Untuk diketahui, stunting merupakan salah satu penyakit paling ditakuti di seluruh dunia karena dapat merusak generasi suatu bangsa. Pasalnya, anak dengan kondisi stunting dapat mengalami gangguan fungsi kognitif dan penurunan sistem imun serta obesitas dan hipertensi saat dewasa. Sebagai gambaran, di Indonesia, per 2018, terdapat 18 provinsi dengan prevalensi stunting 30-40%. Angka tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus stunting terbesar di Asia Tenggara.
WHO mendefinisikan stunting sebagai gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Organisasi kesehatan dunia ini menetapkan ambang batas stunting sekitar 20%. Dengan kata lain, situasi stunting di Indonesia jauh melebihi batasan yang ditetapkan.
Ciri-ciri anak yang mengalami stunting antara lain pertambahan tinggi badan tidak sesuai dengan standar kurva pertumbuhan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dengan kata lain, tinggi badannya lebih pendek dari pada anak lain dengan usia pada populasi yang sama atau laju pertambahan tinggi badannya lebih lambat dari pada anak lain dengan umur pada populasi yang sama. Karenanya, penting bagi orangtua untuk memantau tumbuh kembang anak, dan mengukurtinggi badannya setiap bulan hingga usia dua tahun. Pemantauan kemudian dilanjutkan secara berkala selama 6-12 bulan setelah berumur dua tahun.
Prof Damayanti menyoroti secara serius isu stunting ini. “Stunting itu masalah serius. Anak dengan kondisi stunting akan memiliki ketertinggalan dari anak-anak lain dan sulit untuk ditanggulangi, sehingga harus dicegah sedini mungkin,” ujarnya.
Guna meminimalkan stunting, dokter anak spesialis nutrisi dan penyakit metabolik ini menyarankan para ibu memberikan ASI eksklusif di usia 0-6 bulan, kemudian diikuti dengan MPASI. Terkait dengan pemberian MPASI, ibu perlu mempertimbangkan kandungan gizinya, di antaranya dengan mempertimbangkan 9AAE dalam memaksimalkan tumbuh kembang anak.

“Protein hewani dengan 9AAE bila dikonsumsi dalam jenis yang lengkap dan jumlah yang tepat dapat membantu mencegah stunting,” ujar Prof Damayanti. Berbagai studi menunjukkan bahwa protein hewani menjadi sumber 9AAE lebih baik dari protein nabati. Berbeda dengan protein nabati yang memiliki kekurangan asam amino esensial, protein hewani memiliki 9 kandungan asam amino esensial lengkap.
“Ini perlu dicermati betul. Karena kekurangan satu jenis asam amino saja dapat menurunkan kinerja hormon pertumbuhan hingga 34%, dan angkanya akan meningkat sampai 50% jika tubuh sama sekali tidak mendapatkan asam amino esensial secara lengkap baik dalam hal jenis dan jumlahnya,” tandas Prof Damayanti seraya menambahkan sumber protein hewani dan 9AAE terbaik berdasarkan nilai bioavailabilitasnya adalah susu, ikan, daging, telur, dan ayam.
Prof Damayanti menyebut, sumber protein hewani tak harus mahal. Telur misalnya, memiliki protein yang baik untuk tumbuh kembang anak. Kadar protein paling tinggi terdapat di bagian putih telur. Selain memiliki kadar protein yang tinggi, bagian putih telur juga memiliki asam amino esensial yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh anak.
Sesuai anjuran WHO, anak di bawah 1 tahun harus mendapat protein 1.5 gram per kg per hari. “Misalnya anak beratnya 7 kg, maka ia perlu mendapatkan 10 gram per hari dari protein hewani,” ujanya. Telur per butirnya mengandung protein hewani sebanyak 6 gram, ikan ukuran 30 gram mengandung protein 6 gram, sedangkan daging ayam seberat 28 gram mengandung protein 6 gram.
Sebelum memasuki fase stunting, umumnya anak akan mengalami pertumbuhan terhambat (faltering growth), yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak cukup. Anak-anak dikatakan mengalami pertumbuhan terhambat jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Prof Damayanti menjelaskan, bayi usia 0-3 bulan umumnya akan mengalami kenaikan berat badan 30 gram per hari. “Jadi dalam 1 bulan anak harus mengalami kenaikan berat badan 750-900 gram,” ujarnya.
Di usia 4-6 bulan, anak mestinya mengalami kenaikan berat badan sebanyak 20 gram per hari, atau 600 gram sebulan. “Jadi kalau saat lahir berat anak 3 kg, dalam sebulan saat ia dibawa kontrol, harusnya berat badannya bertambah menjadi setidaknya 3.750 gram. Kalau hanya mememiliki berat 3,500, itulah weight faltering. Harus dicari tahu apakah ASInya tidak cukup atau ada faktor lain. Hal ini harus selekasnya diatasi, maka anak bisa tumbuh. Jika diabaikan, maka bisa berlanjut stunting,” urai Prof Damayanti.
Prof Damayanti menekankan bahwa usia di bawah 2 tahun merupakan fase kritis dalam perbaikan stunting. “Di atas 2 tahun mungkin sudah terlambat. Dikasih makan apa saja mungkin berat badan naik, namun tidak dengan otaknya – tidak akan bisa menyaingi anak yang tidak stunting. Untuk tinggi badan mungkin masih bisa mengejar di fase growth spurt (pertumbuhan cepat) saat anak menginjak remaja,” jelasnya.
Perubahan Paradigma Berpikir
Guna mengentaskan masalah stunging, harus ada perubahan paradigma berpikir, khususnya tentang masalah gizi, dalam hal ini konsumsi protein hewani. Sayangnya di Indonesia, protein hewani justru kalah populer dengan protein nabati sebagai makanan pelengkap atau pendamping ASI. “Ini adalah paradigma yang salah dan harus dibenahi bersama-sama. Kita harus memberi asupan dengan kandungan protein yang berkualitas, khususnya asam amino esensial yang yang ada dalam jenis yang lengkap serta jumlah yang cukup pada protein hewani,” beber Prof Damayanti.
Kualitas asupan gizi anak Indonesia di di masa pertumbuhan kurang optimal, antara lain dipengaruhi faktor asupan proporsi protein hewani yang lebih rendah, yakni sejumlah 30% dibandingkan protein nabati 70%. Padahal, agar anak dapat berkembang dengan maksimal, harus mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Dikatakan Specialized Nutrition Director PT Frisian Flag Indonesia William Lumentut, proses tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa emas yang tidak bisa diulang. “Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus dari orang tua terutama dalam penyediaan asupan gizi yang optimal. Memahami pentingnya optimalkan tumbuh kembang anak di masa emas kehidupannya,” ujarnya,
Head of Marketing PT Frisian Flag Indonesia, Angelia Susanto, menambahkan, asam amino, yang sering dianggap sebagai pembentuk blocks of life, berperan sangat penting dalam perkembangan holistik anak usia pertumbuhan – mulai dari mendukung tulang dan gigi yang kuat, sampai dengan mendukung kesiapan mereka belajar. ” Frisian Flag menghadirkan Frisian Flag Primagro 1+ dan 3+ yang bersumber dari protein hewani berkualitas tinggi dengan kandungan 9 AAE dalam jenis yang lengkap dan jumlah yang lebih tinggi untuk bantu dukung potensi tumbuh kembang anak lebih optimal,” jelasnya.
Lebih Dekat dengan 9AAE
Dikenal sebagai bahan penyusun kehidupan, asam amino adalah molekul kecil yang bergabung untuk membentuk protein. Dari 20 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, sembilan di antaranya dianggap esensial karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya dapat diperoleh melalui makanan. 9AAE mengandung histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin, dan triptofan, yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Mengingat 9AAE tidak dapat dihasilkan oleh tubuh kita, hal ini menjadi sangat penting untuk mendapatkannya setiap hari dari makanan dan minuman bergizi.
Tidak seperti lemak dan karbohidrat, protein tidak bisa disimpan dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan. Peran 9AAE vital bagi tubuh, asam amino ini juga berfungsi sebagai building blocks untuk otot dan tulang, bahkan jika satu kandungan AAE hilang, sisanya tidak akan berfungsi.
Berikut uraian 9AAE dan fungsinya bagi tubuh:
AAE | Manfaat/Fungsi |
Histidin | Berfungsi untuk respon imun dan membentuk pelindung yang mengelilingi sel saraf. |
Isoleusin | Berfungsi dalam penyembuhan / perbaikan jaringan otot. Penting untuk fungsi kekebalan, produksi hemoglobin dan regulasi energi. |
Leusin | Berfungsi untuk sintesis protein dan perbaikan otot. Membantu mengatur kadar gula darah, merangsang penyembuhan luka dan menghasilkan hormon pertumbuhan. |
Lisin | Berfungsi untuk sintesis protein, produksi hormon dan enzim dan penyerapan kalsium. Penting untuk memproduksi energi, fungsi kekebalan serta produksi kolagen dan elastin. |
Metionin | Berperan penting dalam metabolisme dan detoksifikasi. Diperlukan untuk pertumbuhan jaringan dan terlibat dalam penyerapan seng dan selenium. |
Fenilalanin | Prekursor tirosin, penting untuk sintesis neurotransmiter: dopamin, epinefrin, dan norepinefrin. Peran integral dalam struktur dan fungsi protein dan enzim serta produksi asam amino lainnya. |
Treonin | Bagian utama dari kolagen dan elastin, yang merupakan komponen penting dari kulit dan jaringan ikat. Berperan dalam metabolisme lemak dan fungsi kekebalan tubuh. |
Triptofan | Menjaga keseimbangan nitrogen, prekursor serotonin, neurotransmitter yang mengatur nafsu makan, tidur, dan suasana hati. |
Valin | Membantu merangsang pertumbuhan dan regenerasi otot serta terlibat dalam produksi energi. |