Hidupgaya – Membesarkan anak Generasi Alpha butuh tantangan tersendiri. Anak-anak yang dilahirkan di kurun 2010-2025 jelas memiliki pola asuh yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi Alpha lahir dan besar di era teknologi digital tengah berkembang pesat.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Rosdiana Setyaningrum, Generasi Alpha bakal menghadapi lebih banyak tantangan dan kesempatan di masa depan. “Orangtua perlu mempersiapkan Generasi Alpha dengan baik. Mereka akan jadi warga dunia termasuk menghadapi persaingan yang sengit,” kata Rosdiana di sela-sela peluncuran S26 Procal Gold di Jakarta, Kamis (19/9).
Sejumlah tantangan yang akan dihadapi Generasi Alpha antara lain menanggung beban ekonomi yang tidak selesai di masa masa sekarang, bersaing dengan robot, harus memiliki pendidikan yang tinggi, dan jutaan lapangan pekerjaan baru yang akan tercipta yang bahkan sekarang belum ada.
Rosdiana menambahkan, akan ada 2,5 juta bayi Generasi Alpha yang lahir setiap minggunya. “Tapi angka ini akan sedikit jumlahnya, karena saat mereka dewasa, akan ada banyak orangtua tidak produktif daripada yang produktif. Ini tentu menjadi tantangan juga bagi Generasi Alpha,” imbuhnya.
Rosdiana menambahkan untuk menyiapkan diri terhadap tantangan itu, Generasi Alpha perlu memiliki kemampuan belajar progresif. Dengan kata lain kemampuan belajarnya terus berkembang.
Agar anak dapat menghadapi tantangan yang berat di masa depan, anak butuh stimulasi yang cukup dari orangtua, dan orangtua juga wajib menyediakan asupan gizi dimulai sejak awal tahapan kehidupan.

Anak perlu mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang, termasuk asam lemak esensial (asam linoleat dan linolenat) yang berguna untuk pembentukan membran sel otak. Asam lemak esensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh secara alami jadi harus diperoleh dari makanan. Untuk mengoptimalkan metabolisme sel.otak, anak juga memerlukan besi juga kolin – merupakan komponen penting untuk fungsi sinapsis otak. Komponen ini dapat dipenuhi dari asupan makanan yang tepat. (HG)