Hidupgaya – Lucky Trend Fashion Show kembali dihelat oleh produsen tekstil Lucky Textile Group. Di tahun ketiga pergelaran busana diusung tema Equilibre, bermakna keseimbangan dan keharmonisan.
Kali ini pergelaran busana menampilkan karya siswa Binus Northumbia, dilanjutkan dengan 15 koleksi dari empat desainer sekolah mode Esmod Jakarta, juga desainer Phangsanny.

Manager Marketing PT. Lucky Print Abadi Adi Haryono selama ini Lucky Textile telah memasok bahan tekstil untuk sejumlah merek ternama. Produsen tekstil lokal ini juga menjalin kolaborasi dengan sejumlah sekolah mode Indonesia. Tujuannya agar industri mode Tanah Air terus berkembang dengan mantap.
Adi menambahkan ingin lebih banyak menjalin kerja sama dengan merek rintisan dan sekolah-sekolah mode. “Tujuannya agar industri fesyen bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di sela-sela perhelatan Lucky Trend Fashion Show 2019 yang dihelat di Royale Golf Jakarta, baru-baru ini.
Desainer Phangsanny menampilkan koleksi ‘Terbuai’ yang mengusung motif kain tenun dari Sumba, NTT. Ada 16 busana yang ditampilkan Phangsanny, terdiri dari gaun dan celana longgar yang dibuat melayang tidak membentuk tubuh sehingga bisa dikenakan siapa saja.
Kain tekstil yang dicetak dengan motif tenun Sumba ini menjadi alternatif untuk memperkenalkan motif tenun ini ke masyarakat luas. “Jika kain tenun asli yang digunakan teksturnya terlalu berat dan membutuhkan waktu yang lama jika ingin diproduksi dalam jumlah banyak. Selain itu harganya tentu saja mahal,” beber Phangsanny.

Kolaborasi dengan Lucky Textile Group menjadi solusi motif tenun sumba berbahan katun bisa dikenakan harian, nyaman dan harga terjangkau. Untuk motif-motif tenun yang dicetak di atas kain, Phangsanny menyesuaikan dengan kain tenun yang ia beli langsung dari perajin di Sumba, Nusa Tenggara Timur. “Setiap desain untuk koleksi Terbuai hanya 30 motif yang dicetak bersumber kain tenun asli,” tandasnya. (HG)