Hidupgaya – Penyandang diabetes memiliki risiko besar mengalami kerusakan saraf tepi alias neuropati. Menurut dr. Manfaluthy Hakim, SpS (K), konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, faktor risiko penderita diabetes mengalami neuropati mencapai 50 – 70 persen.

Neuropati atau kerusakan saraf tepi mengancam penyandang diabetes melitus.

Pada dasarnya diabetes dapat menyebabkan 3 serangkai, yaitu gangguan pada mata, masalah ginjal dan gangguan pada saraf tepi (neuropati).

Namun sejumlah kebiasaan tertentu juga bisa menuntun neuropati. Jadi kondisi ini bukan monopoli penyandang diabetes. “Risiko neuropati bisa dialami mereka yang kerap konsumsi minuman beralkohol, terpapar racun, aktifitas dengan gerakan yang berulang-ulang, juga trauma akibat kecelakaan,” kata Manfaluthy dalam temu media Bergerak Bersama #LawanNeuropati yang diselenggarakan Merck Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

Dampak neuropati pada kualitas hidup tak bisa disepelekan. “Orang yang terkena neuropati akan mengalami penurunan kekuatan motorik, penurunan sensasi rasa sehingga mudah terluka, impotensi, depresi, penurunan berat badan, dan mudah luka,” ujarnya.

Manfaluthy yang juga menjabat Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), semakin lama mengalami diabetes, risiko komplikasi pembuluh darah arteri pun meningkat. “Jika lama terkena diabetes kurang dari 10 tahun, persentasenya di bawah 50 persen, tetapi jika terkena diabetes selama 15-20 tahun, angkanya bisa mencapai 75 persen,” ujarnya.

Neuropati merupakan gangguan sistem saraf tepi yang menunjang sistem saraf pusat tubuh. Sistem saraf tepi memiliki fungsi sensorik terkait penginderaan, fungsi motorik terkait kerja otot, dan fungsi otonom bagi bagian tubuh yang bekerja sendiri. Sistem saraf tepi memiliki fungsi sensorik terkait penginderaan, fungsi motorik terkait kerja otot, dan fungsi otonom bagi bagian tubuh yang bekerja sendiri.

Gangguan awal neuropati terjadi pada fungsi sensorik karena selubung saraf tipis. Jika mengganggu fungsi otonom, mutu hidup penyandang turun karena mengalami masalah, seperti sulit menahan buang air kecil. Adapun kram bisa diatasi dengan mengurangi gerakan berulang.

Namun sebenarnya neuropati bisa dicegah dengan berbagai cara, yaitu istirahat cukup, gizi seimbang dan konsumsi vitamin neurotropik sejak dini secara teratur. Pada penyandang diabetes, mereka disarankan minum obat diabetes untuk mencegah kerusakan saraf tepi. “Penyandang diabetes sebaiknya mengonsumsi vitamin neurotropik untuk memulihkan jaringan saraf,” ujarnya.

Dikatakan Manfaluthy, pemberian vitamin neurotropik yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12 bisa meningkatkan kecepatan konduksi saraf. Pasien yang belum diterapi memiliki kecepatan hantar 31,7 meter/detik dan setelah delapan pekan terapi jadi 40,1 meter/detik.

Ketua Umum Perdossi Moh Hasan Machfoed menambahkan, vitamin B1, B6, dan B12 ada di sayuran. Kebutuhan itu juga bisa dipenuhi dengan suplemen vitamin. Bila berlebih, vitamin B tak menggumpal di ginjal dan dibuang melalui urin. (HG/dokterdigital.com)