Hidupgaya.co – Vitiligo, bercak keputihan pada kulit, terjadi ketika kulit tidak dapat memproduksi melanin atau senyawa yang menentukan warna kulit.  Kondisi ini menyebabkan kulit tampak belang karena warna kulit asli akan hilang di area tertentu. Meskipun tidak menular atau berbahaya, namun vitiligo kerap membuat penderitanya kurang percaya diri.

Tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang akan mengembangkan vitiligo. Namun, para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang diduga meningkatkan kemungkinan tersebut, terutama bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan genetik terhadap kondisi tersebut.

Berikut sejumlah faktor risiko yang berkontribusi pada perkembangan vitiligo dirangkum dari Very Well Health:

1. Kerusakan/trauma kulit

Penelitian telah menunjukkan bahwa perkembangan vitiligo lebih mungkin terjadi di daerah yang sering terkena paparan sinar matahari, misalnya pada wajah, leher, dan tangan. Area kulit yang terkena trauma, seperti luka dalam atau gesekan berulang, gesekan, goresan, atau tekanan, juga lebih mungkin menjadi tempat terjadinya vitiligo.

2. Stres

Studi telah menunjukkan bahwa peristiwa stres atau stres emosional dan fisik kronis dapat memicu perkembangan dan perkembangan vitiligo, terutama pada pasien yang memiliki kecenderungan genetik (diwariskan dalam keluarga).

Diperkirakan bahwa perubahan kulit dipicu, setidaknya sebagian, oleh perubahan hormonal yang terjadi saat seseorang mengalami stres yang ekstrem. Bukti juga menunjukkan bahwa trauma dan stres kehidupan yang signifikan terkait dengan penyakit autoimun.

3. Paparan bahan kimia

Kontak/paparan bahan kimia tertentu mungkin merupakan faktor risiko lingkungan lain untuk mengembangkan vitiligo. Beberapa ahli menduga bahwa bahan kimia tersebut mempercepat jalur stres yang sudah ada dalam melanosit, yang menyebabkan peradangan autoimun.

Selain itu, pengaruh genetik dapat meningkatkan stres seluler dalam melanosit atau menetapkan ambang stres yang lebih rendah yang dapat ditangani oleh sistem kekebalan tubuh.

Salah satu bahan kimia yang telah dipelajari adalah monobenzone, yang ditemukan pada produk tertentu seperti karet, kulit, dan pewarna kosmetik. Penelitian telah menemukan bahwa monobenzone dapat mendorong berkembangnya depigmentasi kulit dan memburuk pada orang yang sudah menderita vitiligo.

Kategori bahan kimia lain yang mungkin berperan dalam vitiligo adalah fenol, yang dianggap mengganggu fungsi melanosit. Bahan kimia ini sering menjadi bahan dalam produk seperti perekat, desinfektan, cat, insektisida, dan sebagainya. (HG)

Advertisement