Hidupgaya – Cryptocurrency tampaknya di Indonesia cukup menjanjikan dan memiliki komunitas yang terus berkembang. Masa depan yang cukup cerah di bursa jual beli kripto (lazim disebut exchanger) memunculkan pemain baru, PT Aset Digital Indonesia, yang merilis platform Biido untuk jual beli kripto.

CEO Biido Aditia Kinarang Mokoginta mengatakan hingga akhir 2018, Biido akan merilis 20 koin di bursa kripto. Namun untuk tahap awal ini baru 2 aset yang akan ditransaksikan, yaitu Bitcoin dan Ethereum.

Aditia menambahkan, selain 2 aset itu, ada sejumlah kripto yang akan segera diperdagangkan, yaitu Bitcoin Cash, Dash, Litecoin, Cardono, EOS, Stellar, Ripple, Dogecoin, Holo dan Bitcoin Gold.

Biido, janji Aditia, akan memperjualbelikan lebih banyak kripto untuk memberikan pilihan yang bervariasi kepada pengguna kripto di Indonesia.

Dibandingkan pesaing yang lebih dulu hadir di pasar, kelebihan yang ditawarkan Biido adalah tampilan yang lebih simpel dan gampang dikases. “Dengan tampilan yang simpel orang akan lebih mudah belajar, khususnya bagi yang mau belajar, juga yang sudah ahli di dunia kripto,” kata Aditia dalam peluncuran Biido di Jakarta, Kamis (11/10).

Selain tampilan yang lebih simpel dan bersahabat, Biido juga akan mengenakan biaya transaksi yang lebih murah ketimbang exchanger lain, yaitu sebesar 0,2 persen.

Tidak terbatas sampai di situ, ke depannya Aditia menjanjikan Biido akan merilis token kripto sendiri, Biido Coin. “Rencananya akhir tahun ini, Biido Coin akan diberikan kepada pengguna saat mereka melakukan transaksi di Biido. Token ini menjadi semacam pengganti fee atau biaya transaksi yang telah dibayarkan pengguna saat melakukan transaksi,” ujarnya.

Pasar kripto di Indonesia menurut Aditia cukup menjenajikan. “Penetrasi kritpo di Indonesia baru menyasar 0,4% dari total jumlah penduduk. Angka ini masih terbilang kecil bila dibandingkan negara-negara seperti Korea dimana satu dari tiga penduduknya sudah memiliki kripto. Amerika Serikat dan Kanada bahkan 60 persen penduduknya pernah membeli kripto,” bebernya.

Aditia menyebut, Singapura sebanyak 3 persen dari total penduduknya atau sekitar 10 juta orang memiliki aset kripto.

Untuk meningkatkan minat investasi di pasar kripto, Biido akan melakukan edukasi ke masyarakat yang lebih luas. “Jadi, dengan semakin meleknya masyarakat Indonesia terkait dengan teknologi ini kami yakin penetrasi dari aset kripto akan makin besar,” ujarnya optimistis.

Exchanger kripto yang sudah lebih dulu beroperasi di Indonesia antara lain Triv, Rekningku, Coinone, Bitradx, Indodax, Luno dan Nucex. (HG)