Hidupgaya – Asuransi membantu menanggung risiko kerugian yang diakibatkan oleh sebuah kejadian. Misalnya sakit atau kecelakaan yang tak jarang menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah. Dengan ikut asuransi istilah ‘sadikin’ alias ‘sakit sedikit miskin’ bisa dihindari, atau setidaknya diminimalkan karena risiko ditanggung oleh perusahaan asuransi jika kita memiliki polis asuransi.
Namun meski manfaat asuransi sudah terbukti, angka penetrasi asuransi di Indonesia masih di bawah 2 persen. Dari jmlah total populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 260 juta jiwa, yang memiliki asuransi baru 1,7 persen. Namun kalau ditlihat dari pengumpulan total premi, angkanya di tingkat dunia masih layak diperhitungkan.
“Penetrasi di Indonesia dari angka memang kecil. Data Sigma tahun 2013, dinyatakan bahwa penetrasi saat 2013 baru 0,8 persen. Tapi dari segi total premi berada di ranking 33 dunia,” ujar Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Hendrisman Rahim dalam temu media menandai Insurance Day 2017 di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Selasa (17/10). “Bila mampu menaikkan 1 persen saja, angka total premi rangkingnya pasti bisa naik lagi.”
Mengapa penetrasi asuransi di Indonesia terbilang rendah? Menjawab hal itu, Hendrisman mengemukakan sejumlah alasan. “Asuransi masih dianggap kebutuhan kesekian. Artinya masih bisa ditunda kepemilikannya. Terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah,” ujarnya.
Selain itu, jumlah penduduk yang besar serta bentuk negara kepulauan juga menyulitkan untuk edukasi tentang asuransi. “Ini termasuk sumber daya manusia (SDM) dari pihak asuransi yang belum bisa menjangkau seluruh penduduk Indonesia,” beber Hendrisman.
Untuk mensiasati rendahnya masyarakat yang ikut asuransi, maka dibuatlah asuransi mikro yang mensyaratkan pembayaran premi murah. Tujuannya untuk menjangkau kelas ekonomi menengah bawah.
Selain menciptakan produk asuransi mikro, Dewan Asuransi Indonesia bersama anggotanya juga terus melakukan edukasi untuk menggaungkan manfaat asuransi. “Bentuk edukasi misalnya ke anak-anak SMP dan SMA dengan memberikan edukasi dan buku-buku tentang asuransi. Ke petani dengan adanya asuransi pertanian, serta kerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui mobil keliling untuk memberikan edukasi tentang finansial termasuk asuransi,” beber Hendrisman.
Dia menambahkan, Insurance Day atau Hari Asuransi yang diperingati setiap 18 Oktober juga dijadikan ajang edukasi. “Jumlah masyarakat yang belum memahami dan memiliki asuransi masih besar. Hal ini menyadarkan kita bahwa pelaksanaan Insurance Day yang konsisten sangat dibutuhkan untuk dilaksanakan setiap tahun,” jelasnya.
Puncak Hari Asuransi – yang telah memasuki tahun ke 12 – akan dilakukan di Padang Sumtera Barat. Kegiatan itu akan berlangsung pada 9-10 Desember 2017 mendatang.
Ketua Panitia Hari Asuransi 2017 Wahyu Wibowo mengatakan, Dewan Asuransi Indonesia bersama enam asosiasi dan anggota perasuransian menggelar hajatan ini.
Tema Insurance Day 2017 ini adalah “Indonesia Berasuransi dengan mengangkat sub tema Cerdas, Sejahtera, Mandiri”.
“Tema tersebu ingin menggambarkan tujuan bersama untuk meningkatkan pemahaman asurnasi, khususnya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan dalam mendorong ketersediaan akses dan layanan keuangan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat,” kata Wahyu di kesempatan sama.
Hasil riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun lalu menyatakan indeks literasi keuangan di Indonesia berada di angka 29,66%. Sementara indeks inklusi keuangan sebesar 67,82%. Hal ini menunjukkan pentingnya terus mengedukasi masyarakat Indonesia agar memahami pentingnya inklusi keuangan.
Wahyu menambahkan, selain berpusat di Padang, tahun ini panitia Insurance Day akan melakukan serangkaian agenda di sembilan kota lain. Yakni Medan, Yogyakarta, Balikpapan, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Manado, Pontianak, Makassar, dan Papua.
Adapun acara di kota-kota tersebut di antaranya turnamen olah raga, pembagian bunga, lomba dayung sampan, donor darah, fun walk, bazar, hingga Insurance Goes to Campus.
Yang menarik, pada 10 Desember 2017 mendatang dilaksanakan InsuRUN, yaitu event lari skala nasional. “Ini bagian program untuk menyosialisasikan asuransi dan mengedukasi seluruh masyarakat agar dapat memahami manfaat asuransi untuk kehidupan yang lebih baik,” kata Wahyu seraya menambahkan lomba lari 5K dan 10K ini akan diikuti kurang lebih 15.000 pelari dari seluruh Indonesia.
Selain lomba lari, ada juga Challenge RUN, yaitu tantangan lari kepada seluruh peserta InsuRUN di Kategori Lomba 10K, untuk memecahkan rekor waktu 29,24 menit bagi putra dan 34,24 menit untuk puteri. Sebagai apresiasi kepada pemecah rekor putera dan puteri diberikan hadiah 2 unit mobil Honda HRV. (HG)

