Hidupgaya.co – Future Loundry, merek streetwear lokal berbasis di Bali, kembali melantai di JF3 Fassion Festival 2025. Ini kali kedua merek busana yang dibesut pemusik Ican Harem bersama seniman Manda Pinky unjuk koleksi di gelaran tahunan JF3.

Bertempat di Re-Crafted Hall Summarecon Mall Serpong, Future Laundry menampilkan 39 look bertema ‘Raga’ di hari terakhir gelaran JF3 2025.

Menurut Ican, Raga adalah pertunjukan yang menggabungkan seni performatif dengan presentasi mode, menyoroti tubuh sebagai arsip hidup. “Setiap segmen menghadirkan perjalanan emosional, fisik, dan spiritual, di mana performer tidak hanya menampilkan pakaian tetapi juga merasakan dan menghidupi maknanya,” ujar Ican dalam temu media di Summarecon Mall Serpong, Sabtu (2/8/2025).

Future Loundry tampilkan koleksi Raga di JF3 Fashion Festival 2025 (dok. JF3)

Di show penutupan JF3 tahun ini, Future Loundry tampil dengan konsep tak biasa. Pertunjukan ini mengaburkan batas antara mode dan seni pertunjukan, memaksa penonton untuk menghadapi fisik, kerentanan, dan persepsi mereka sendiri tentang bentuk manusia.

Pertunjukan yang ditampilkan Future Loundry mempermainkan kontras antara sensualitas dan penolakan, kekuatan dan kerapuhan, identitas dan penghapusan. “Kombinasi dari gerak tari dan suara suara untuk mengekspresikan rasa dan sakit di raga,” terang Ican.

Bukan fashion show biasa, Loundry menampilkan atraksi gerakan olahrasa seperti mengguncang tubuh, berputar, dan melepas sesuatu dari dalam diri. Model mulai berjalan di runway mengelilingi penampil yang sedang melakukan atraksi di tengah.

Future Loundry tampilkan koleksi Raga di JF3 Fashion Festival 2025 (dok. JF3)

Model terakhir, sosok menjulang tinggi berbaju hitam, bergerak ke tengah. Kemudian yang ada hanya kesunyian. Pertunjukan berakhir dengan kekosongan, memaksa penonton untuk duduk, meresapi atraksi yang baru saja mereka saksikan.

Manda menambahkan, sebanyak 39 set busana yang ditampilkan unisex, bisa dipakai pria dan wanita.

“Tahun ini kami lebih fokus ke desain, termasuk eksplorasi material tekstil yang lebih luas, seperti tekstur kain, manipulasi tekstil  menggunakan teknik tie dye, pencelupan dan bleaching. Garmen yang sudah ada kami upcycling,” beber Manda.

Tie dye adalah teknik pewarnaan kain yang menghasilkan motif unik dengan cara mengikat, melipat, atau menjepit kain sebelum dicelupkan ke dalam pewarna. Hasilnya, beberapa bagian kain tidak terkena pewarna, sehingga menciptakan pola-pola menarik seperti lingkaran, spiral, atau garis-garis.

Future Loundry tampilkan koleksi Raga di JF3 Fashion Festival 2025 (dok. JF3)

Ican menambahkan, sebagai merek, Future Loundry berhasil menembus pasar dunia berkat kekuatan komunitas dan website. “Kami bisa survive karena stay relevan. Loundry menggunakan website dengan sangat maksimal. Kebetulan kami di Bali dan pasar global bisa tercapai,” terangnya.

Loundry tidak berjualan di marketplace dan memilih penjualan langsung di website. “Website itu bisa diakses global oleh pembeli kami,” Ican menerangkan.

Untuk mengenalkan produk, Loundry juga menggelar kegiatan offline. “Nggak pernah pakai ads. Pergerakan kita semua organik, masuk ke kesenian dan musik, nggak cuma fashion. Selain itu komunitas penting, community building di Bali kuat banget. Hampir 70 persen datang ke toko, merasakan pengalaman di studio Renon. Nilai kami di situ,” pungkas Ican. (HG)