Hidupgaya.co – Tiga desainer Asean Fashion Designer Showcase (AFDS) turut mewarnai panggung JF3 Fashion Festival 2025 membawakan show kolaborasi mengusung tema besar ‘Parade Show – Myths, Majesty & Midsummer – A Southeast Asian Couture Odyssey’.
Di ajang ini, setiap desainer menampilkan koleksi yang ditampilkan di La Piazza Fashion Tent, Summarecon Mall Kelapa Gading, Sabtu (26/7/2025). Nicky Vu dari Vietnam membuai dengan koleksi ‘The Dream Enchanted’, Pitnapat Yotinratanachai dari Thailand menyajikan ‘The Pulse of Pride’ dan Bandid Lasavong dari Laos menyegarkan suasana melalui kelembutan ‘The Whisper of Silk’.
Elegansi kemewahan Nicky Vu
Nicky Vu dikenal sebagai desainer berbakat dan visioner asal Vietnam berkat kontribusinya di dunia mode dan desain mengukuhkan posisinya sebagai figur terkemuka di industri ini.
Merek yang dibesutnya, DeTheia, menjadi jenama visioner yang bertujuan menghormati kebijaksanaan dan kreativitas perempuan Vietnam sambil mengadopsi tren integrasi global.

Berfokus pada segmen mode mewah untuk perempuan, produk-produk DeTheia yang eksklusif menampilkan estetika desain mewah dan feminin yang secara harmonis menggabungkan nilai-nilai tradisional dan modern.
Di gelaran JF3 2025, Nicky Vu menyajikan ‘The Dream Enchanted’ yang terinspirasi dari A Midsummer Night’s Dream, bab Vietnam adalah mimpi yang ethereal di mana fantasi Shakespearean bertemu dengan keanggunan feminin Vietnam.
Dalam koleksi mewah sekaligus elegan, Nicky mengemas busana dengan materi brokat, tulle, dan hiasan halus mekar seperti bunga liar dalam siluet mengalir seperti cahaya bulan – beberapa melekat pada bentuk, yang lain melayang dalam awan kain transparan yang membentang.
Sementara itu, hadirnya tweed dan denim menambahkan tekstur dan kejutan, sekaligus keajaiban yang menjadi nyata.
Desainer kebanggaan Vietnam ini memilih warna pistachio, kuning mentega, dan putih porselen berkilau sebagai palet, selain nuansa gelap biru senja dan obsidian, perpaduan antara lembut dan kuat, romantis dan bijaksana, sekaligus sebuah dongeng dengan sentuhan kejam.

Setiap aspek proses produksi DeTheia mengadopsi standar internasional. Bekerja sama dengan seniman dan desainer Vietnam, DeTheia menghadirkan koleksi yang menggabungkan warisan budaya dan mode kontemporer dengan mulus.
Mendandani pria ningrat masa kini
Sementara itu, desainer asal Laos, Bandid Lasavong, melalui merek MEN Folder, mengusung bahan sutra dalam koleksi bertajuk ‘The Whisper of Silk’.
Perjalanan Bandid Lasavong dalam membesut MEN Folder menarik untuk disimak. Pemuda Laos ini rela meninggalkan karirnya sebagai insinyur untuk mengejar mimpinya di dunia mode.
Melihat kebutuhan pakaian pria yang dijahit dengan rapi di pasar Laos yang sedang berkembang, ia mendirikan ateliernya, MEN Folder, menawarkan layanan kustomisasi yang sesuai dengan kebutuhan pria Laos modern.

Merek yang menekankan gaya kasual dan formal yang mencakup pakaian dan aksesori pria itu segera memiliki penggemar tersendiri. MEN Folder dipercaya banyak pesohor Laos di industri hiburan dan juga acara negara berskala besar.
Dalam koleksi yang tersaji apik di JF3 2025, para model melintas runway dengan siluet yang terinspirasi dari keanggunan ‘old money’ melangkah elegan membawakan busana dari sutra Laos yang dianyam tangan.
Busana yang menonjolkan keanggunan pemakainya hadir dalam palet bersahaja namun berkelas, seperti ivory, champagne, antique gold, dan soft jade.
Di koleksi ini, Bandid piawai memainkan detail keahlian tangan, berupa motif klasik yang dihidupkan kembali dengan bordir benang emas, aksen mutiara yang halus, dan potongan yang terstruktur, mencerminkan keanggunan vintage nan abadi.

Koleksi ‘The Whisper of Silk’ mengirimkan pesan kemewahan yang tenang, percaya diri, tenang, dan sarat budaya.
Dalam setiap koleksinya, Bandid hendak bercerita tentang warisan kaya seni Laos, yang diinterpretasikan ulang untuk ningrat di masa kini.
Denyut kebanggaan Thailand di tangan Pitnapat Yotinratanachai
Gajah menjadi ikon Thailand yang menonjol dalam koleksi bertema ‘The Pulse of Pride’ yang diusung desainer Pitnapat Yotinratanachai.
Identitas Thailand tampak menonjol melalui motif gajah, diinterpretasikan bukan sekadar cetakan, melainkan sebagai bentuk patung dan narasi visual.
Pitnapat merupakan desainer dengan spesialisasi dalam kostum. Selama kariernya, ia telah bekerja untuk merancang kostum dan busana untuk industri panggung dan televisi Thailand, serta berkolaborasi dengan banyak sutradara terbaik Thailand.

Sebagai perancang busana, Pitnapat sangat diakui karena merancang dan mendesain kostum untuk pertunjukan di Pameran Kain Sutra untuk Yang Mulia Ratu Sirikit di Istana Phu Phan Ratchaniwet.
Dia muncul sebagai sosok penting merancang penampilan beberapa aktris dan aktor terkemuka di Thailand, termasuk mendesain kostum untuk banyak opera Siam epik dan bersejarah, iklan, dan musikal.
Selain itu, Pitnapat telah memamerkan koleksi couture dan prêt-a-porter-nya di berbagai pekan mode Thailand dan internasional.
Di panggung JF3, Pitnapat menggunakan simbol yang gajah mewujud dalam embossing pada kulit, bentuk gading abstrak pada aksesori logam, dan jubah yang mengalir meniru gerakan makhluk megah ini mendominasi koleksi.

Pitnapat memilih warna royal sapphire, onyx, dan sunlit bronze untuk koleksinya yang megah dalam potongan busana berani, bersudut tajam dan lipatan tak terduga yang mengingatkan pada arsitektur Thailand kuno dan teknik avant-garde modern.
Hasilnya, busana yang memiliki pesan kuat, penanda sekaligus penghormatan terhadap semangat Thailand, diabadikan dalam bahasa desain yang akan selalu diingat dunia.
Ketiga desainer ini sukses menampilkan kolaborasi ‘Finale: A Unified Tapestry’ berupa akhir yang menyatukan ketiga cerita menjadi satu klimaks visual yang menawan: Siluet megah Laos, drama simbolis Thailand, dan keajaiban magis Vietnam berjalan berdampingan, saling melengkapi alih-alih kontras. Bersama-sama, mereka membentuk panorama haute couture Asia Tenggara. (HG)