Hidupgaya.co – Sensitivitas terhadap susu sapi, yang dikenal sebagai alergi susu sapi (ASS), merupakan salah satu alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak. Gejalanya sering kali tidak dikenali dengan jelas dan kerap disalahartikan sebagai gangguan pencernaan biasa, ruam kulit, atau gangguan tidur.
Menurut Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr.Sp.A(K), M.Kes, Spesialis Alergi dan Imunologi Anak, sensitif terhadap susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling umum di masa kanak-kanak. Data menyebut, 25-80% anak memiliki risiko alergi apabila terdapat riwayat alergi dalam keluarga.
Banyak orang masih memiliki persepsi keliru antara alergi susu sapi dan intoleransi laktosa. Menurut Prof Budi, alergi susu sapi berhubungan dengan gangguan kekebalan tubuh sedangkan intoleransi laktosa merupakan gangguan sistem pencernaan.
“Gejala intoleransi laktosa terjadi hanya di saluran pencernaan saja. Sementara alergi susu sapi merupakan gangguan dari sistem kekebalan dalam tubuh anak yang gejalanya tidak hanya di dalam saluran pencernaan tetapi ada di kulit maupun di saluran napas,” jelas Prof Budi di sela acara The Final Game Soyalympic Door of Future 2025 Morinaga Soya di Gandaria City, Jakarta Selatan, Kamis (3/7/2025).
Alergi susu sapi bisa memunculkan gejala seperti gatal-gatal, kulit kemerahan atau juga biduran. Sedangkan pada saluran cerna bisa berupa diare, perut kembung, bahkan muntah-muntah.

Prof Budi menekankan, pada gejala alergi susu sapi berat, anak bisa pingsan bahkan mengalami syok anafilaksis yang bisa mengancam nyawa.
Untuk menghindari efek negatif yang tak diharapkan, pada anak yang terdiagnosis alergi susu sapi, maka ia harus menghindari konsumsi susu sapi. “Bila anak masih minum ASI maka tetap berikan ASI saja,” saran Prof Budi.
Sementara bagi ibu menyusui yang memiliki anak alergi susu sapi, wajib menghindari konsumsi makanan atau minuman yang mengandung protein susu sapi dan turunannya, karena hal itu bisa terkandung dalam ASI yang diberikan pada anak.
Untuk anak alergi susu sapi yang minum susu formua, Prof Budi menyarankan pemberian susu formula dengan spesialisasi khusus, misalnya susu formula soya atau susu formula hidrolisat ekstensif, sesuai saran dokter anak.
“Dengan mengganti susu formula standar dengan susu soya atau susu terhidrolisat anak masih tetap dapat tubuh kembang optimal, bahkan berprestasi, karena anak mendapatkan nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya,” tandas Prof Budi.
Untuk diketahui, susu hidrolisat adalah susu formula yang proteinnya telah dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (terhidrolisis) melalui proses hidrolisis, baik secara parsial maupun ekstensif. Tujuannya adalah untuk membuatnya lebih mudah dicerna dan mengurangi risiko alergi pada bayi, terutama alergi susu sapi.
Protein susu sapi dipecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil tetapi masih dalam ukuran yang cukup besar cocok untuk anak dengan risiko alergi atau intoleransi susu sapi ringan hingga sedang.
Sedangkan susu hidrolisat ekstensif, dalam hal ini protein susu sapi dipecah menjadi fragmen yang sangat kecil, bahkan mendekati asam amino – umumnya direkomendasikan untuk bayi dengan alergi susu sapi yang lebih parah.
Dengan protein yang sudah terpecah, risiko reaksi alergi pada bayi dapat berkurang. Dengan demikian formula hidrolisat tetap mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang yang optimal karena protein yang sudah terhidrolisis lebih mudah diserap oleh saluran pencernaan bayi.
Ryu Kintaro, yang semasa kecil pernah mengalami sensitivitas terhadap susu sapi. Namun ia tumbuh sehat dan percaya diri, bahkan mampu menginspirasi anak-anak lainnya melalui semangat dan prestasi yang berhasil diraihnya.
Ryu membuktikan bahwa anak-anak yang sensitif terhadap susu sapi bisa memiliki peluang yang sama. Dengan dukungan dari orang tua dan pilihan nutrisi yang sesuai, mereka tetap bisa mengejar mimpi dan menjadi anak juara.
Waktu kecil Ryu mengaku sering sakit perut, kulit merah-merah, dan gampang rewel. “Tapi setelah ketahuan penyebabnya (alergi susu sapi) dan mulai minum susu soya, semuanya berubah. Sekarang aku bisa aktif, ikut kegiatan, dan nggak ngerasa beda dari anak-anak lain,” ujar Ryu.
Soyalympic Door of Future 2025
Sebagai upaya mendukung anak dengan sensitivitas terhadap susu sapi untuk tetap tumbuh sehat, aktif dan percaya diri untuk meraih mimpi, Kalbe Nutritionals melalui Morinaga Soya menghadirkan rangkaian kegiatan Soyalympic Door of Future 2025.
Program edukasi dan kompetisi ini telah diselenggarakan di 12 titik di Indonesia, dan mencapai puncaknya di acara ‘The Final Game Soyalympic Door of Future 2025’ yang digelar di Playtopia Gandaria City, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Betzylia Wahyuningsih, Brand Manager Morinaga Soya, menyampaikan melalui Soyalympic Door of Future 2025, Morinaga Soya ingin membuktikan bahwa anak yang sensitif terhadap susu sapi tetap memiliki kesempatan yang sama untuk tampil percaya diri untuk meraih mimpinya.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan ‘Your Choice, Their Future’ yang mendorong orang tua agar lebih percaya diri dalam memilih nutrisi yang tepat untuk anak, karena pilihan kecil hari ini akan menentukan masa depan mereka,” tutur Betzylia.

Ia menambahkan, Soyalympic bukan hanya ajang olahraga untuk anak-anak yang sensitif terhadap susu sapi, tapi juga simbol gerakan inklusif untuk mengubah rasa takut menjadi semangat. “Kami ingin memastikan bahwa setiap anak, tetap bisa tumbuh sehat, aktif, dan percaya diri untuk meraih mimpi,” imbuh Betzylia.
Selain kompetisi, Morinaga Soya juga meluncurkan video inspiratif yang mengajak orang tua untuk terus mendukung anak-anak yang sensitif terhadap susu sapi, agar tetap bisa tumbuh aktif, percaya diri, dan bisa meraih prestasi di bidangnya masing-masing.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap konsistensi edukasi kesehatan, Morinaga Soya juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas inisiatif edukasi alergi kepada pasangan orang tua dan anak terbanyak di Indonesia. Penghargaan ini menjadi bukti nyata kontribusi Morinaga Soya dalam mendukung kesehatan anak Indonesia.
“Melalui Soyalympic Door of Future 2025, Morinaga Soya juga mengajak seluruh pihak mulai dari dokter, rumah sakit, komunitas parenting, hingga pemangku kebijakan, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan suportif bagi anak-anak dengan sensitivitas terhadap susu sapi,” pungkas Betzylia. (HG)