Hidupgaya.co – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan angka kunjungan wisatawan mancanegara selama 2025 bisa mencapai 14,6 juta hingga 16 juta kunjungan, lebih tinggi dibandingkan target kunjungan wisatawan asing sepanjang tahun lalu yang membukukan pencapaian 14,3 juta.
Guna mendukung target Kemenpar, Germany Brilliant (GB) produsen perlengkapan kamar mandi dan dapur, berkolaborasi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Desain Interior Indonesia (LSPDII) dan Bazar Bangunan, membuat saung kamar mandi di kampung Baduy, Lebak Banten.
Tujuannya tak lain agar wisatawan yang berkunjung ke wilayah ini lebih mudah dalam mengakses sarana kebersihan diri.
Pada 14 Mei silam, saung kamar mandi di kampung Baduy Luar diresmikan. Acara peresmian juga dihadiri HDII, IAI, serta mahasiswa Universitas Pradita dan Universitas Interstudy, untuk memberikan kesempatan kepada mereka belajar mengenai budaya, desain bentuk khas rumah Baduy, desain lumbung padi dan sebagainya.

General Manager Germany Brilliant, Yapto Wijaya mengatakan ide awal pembuatan saung kamar mandi itu berawal dari sebuah kunjungan wisata. Mengingat Germany Brilliant bergerak di bidang sanitari, muncul ide untuk membuat sarana agar wisatawan dan masyarakat suku Baduy lebih nyaman dalam beraktifitas.
“Kami berdiskusi dengan tokoh-tokoh adat Baduy Luar serta melibatkan para arsitek Baduy untuk membantu pembuatanya agar saung kamar mandi sesuai dengan aturan adat budaya Baduy,” terang Yapto.
Pengerjaan satu saung kamar mandi butuh waktu 14 hari, dengan sumber air langsung dari gunung.
Ada lima saung kamar mandi di daerah Baduy luar, yakni di wilayah Kaduketug, Kaduketug 2, Kaduketug 3, Legok Jeruk, dan Cicakal Muara yang disesuaikan dengan adat setempat.

Sementara itu, Rohadi Direktur selaku LSPDI-Desain Interior, menyampaikan, untuk sampai di titik peresmian prosesnya panjang. “Kita punya ide bagus bersama GB dan Bazar Bangunan. Namun begitu masuk dalam satu budaya dengan tatanan atau kultur yang berbeda itu sangat sulit karena pembuatannya harus kita sesuaikan dengan adat baik konsep desain maupun bahan material pendukung lainnya,” bebernya.
Rohadi mengaku membawa desain saung lamar mandi itu berkali-kali hingga disetujui. “Lebih tiga kali saya bawa desain kamar mandi ke sini tetapi jika mereka bilang tidak pas ya tidak,” ujarnya.
Dalam pembuatan saung kamar mandi, para pihak bersepakat menjunjung tinggi aturan adat masyarakat Baduy sampai hal terkecil.
Jaro Oom, ketua adat kampung Baduy Luar mengakui adanya fasilitas saung kamar mandi sangat berguna bukan hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk wisatawan agar lebih nyaman saat ke saung cai. “Kami berharap wisatawan juga akan semakin banyak datang ke sini,” pungkasnya. (HG)