Hidupgaya.co – Wanita menggunakan kontrasepsi untuk tujuan utama mencegah kehamilan. Ada berbagai jenis kontrasepsi, tapi apakah teknik kontrasepsi hormonal aman untuk kesehatan jangka panjang?

Bagi wanita yang mempertimbangkan metode kontrasepsi yang berbeda, hasil penelitian terbaru dapat membantu membuat pilihan yang tepat.

Sekitar 250 juta wanita menggunakan kontrasepsi hormonal. Namun, penelitian telah menunjukkan hasil yang bertentangan mengenai kaitannya dengan serangan jantung dan stroke. Beberapa studi menunjukkan peningkatan risiko dan yang lainnya menunjukkan tidak ada hubungan atau bahkan efek perlindungan.

Untuk memahami dampak dari berbagai pilihan kontrasepsi hormonal, para peneliti dari penelitian skala besar terbaru mengevaluasi risiko serangan jantung dan stroke yang terkait dengan pil kontrasepsi, baik pil kombinasi maupun pil progestin saja, IUD, implan, suntikan, cincin vagina, dan koyo kulit.

Ilustrasi pil kontrasepsi (dok. ist)

Penelitian tersebut menemukan bahwa kontrasepsi hormonal kombinasi (mengandung estrogen dan progestin) dan metode progestin saja dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan, dalam beberapa kasus, infark miokard.

Namun, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang melepaskan levonorgestrel, seperti Mirena, Kyleena, Skyla, dan Liletta, tidak menunjukkan peningkatan risiko.

Bagi wanita yang menggunakan pil KB kombinasi, tingkat stroke dan serangan jantung kira-kira dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Ini berarti bahwa untuk setiap 4.760 wanita yang menggunakan pil selama setahun, ada satu stroke tambahan, dan untuk setiap 10.000 wanita, satu serangan jantung tambahan terjadi setiap tahun.

Namun, risiko stroke dan serangan jantung lebih rendah bagi mereka yang menggunakan pil progestin saja, dengan risiko sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan.

Pilihan alat kontrasepsi lainnya seperti cincin vagina, koyo kulit, dan implan progestin saja juga membawa peningkatan risiko stroke iskemik dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan.

Sementara cincin vagina meningkatkan risiko stroke hingga 2,4 kali lipat dan serangan jantung hingga 3,8 kali lipat, koyo kulit dikaitkan dengan risiko stroke 3,4 kali lipat lebih tinggi, meskipun tidak ada peningkatan risiko serangan jantung.

Implan progestin saja menunjukkan risiko stroke 2,1 kali lipat lebih tinggi, dengan peningkatan risiko serangan jantung yang lebih kecil.

Meskipun risiko absolutnya rendah, dokter harus memasukkan potensi risiko trombosis arteri dalam penilaian manfaat dan risiko mereka saat meresepkan metode kontrasepsi hormonal, peneliti mengingatkan.

Para peneliti merekomendasikan bahwa pilihan kontrasepsi hormonal harus didasarkan pada konseling kontrasepsi yang dipersonalisasi.

Ini akan membantu mempertimbangkan faktor risiko individu, seperti usia, dan kondisi kesehatan yang ada seperti hipertensi, obesitas, dan merokok, yang semuanya dapat memperkuat risiko stroke dan serangan jantung. (HG)