Hidupgaya.co – Pendiri Lakon Indonesia, Thresia Mareta, dianugerahi Knight of the Ordre des Arts et des Lettres dari Kementerian Kebudayaan Prancis, atas dedikasinya dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Indonesia serta membawa fashion Indonesia ke kancah internasional.
Penghargaan ini diberikan dalam sebuah seremoni resmi yang hangat dan bersahabat, dihadiri oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, serta para pejabat tinggi, tokoh industri, dan undangan terhormat lainnya.
Penghargaan itu satu apresiasi tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Prancis kepada individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang seni dan budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Ordre des Arts et des Lettres adalah penghargaan kehormatan dari Prancis yang diberikan kepada individu yang dinilai telah memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya dan memberikan pengaruh global dalam dunia seni, budaya dan sastra.
Penghargaan ini didirikan oleh Menteri Kebudayaan Prancis pada 2 Mei 1957, dan sangat selektif dalam menentukan penerimanya.

Ordre des Arts et des Lettres telah diterima oleh tokoh-tokoh terkemuka dari seluruh dunia, di antaranya pelukis Pablo Picasso, desainer Issey Miyake, artis Meryl Streep, David Bowie hingga filsuf Umberto Eco.
Sedangkan penerima penghargaan dari Indonesia selain Thresia Mareta, sebelumnya adalah Nyoman Nuarta, Garin Nugroho dan Guruh Soekarno Putra.
Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi dunia terhadap upaya berkelanjutan yang telah dilakukan Thresia Mareta dalam melestarikan tradisi disertai inovasi untuk mendukung perkembangan para pelaku budaya dan mode Indonesia.
“Dengan berkembangnya industri fashion, kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita memastikan bahwa keahlian pengrajin kita dalam membuat kerajinan tangan seperti batik, tenun, bordir, dan lainnya tidak hanya dilestarikan tetapi juga tetap relevan, mendapatkan pengakuan global, dan menciptakan peluang ekonomi bagi para perajin,” kata Thresia Mareta dalam sambutannya.
Perjuangan ini merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan dedikasi tak henti, imbuhnya.
Kepedulian Thresia terhadap industri mode tanah air juga berlanjut, dengan memenuhi perannya sebagai advisor JF3 Fashion Festival yang diprakarsai oleh Summarecon, JF3 telah menjadi salah satu platform fashion paling konsisten di Indonesia selama 21 tahun terakhir, yang memberikan peluang bagi para kreator mode dan perajin lokal.
Dengan pengalaman dan keahliannya, Thresia Mareta melakukan berbagai inovasi dan terobosan, salah satunya adalah inisiatif untuk mendirikan PINTU Incubator, program bilateral yang didirikan bersama antara LAKON Indonesia, JF3, dan Kedutaan Besar Prancis melalui IFI.
Program ini membantu para kreator muda dari kedua negara dalam membangun bisnis yang menekankan pengembangan pasar, ketahanan bisnis, dan keberlanjutan jangka panjang.
Dengan menghubungkan kreator Indonesia ke ekosistem fashion Prancis, PINTU Incubator memberikan bimbingan, wawasan industri, serta peluang global, memastikan para partisipan bisa bersaing di tingkat internasional
Hasil nyata dari program ini telah terlihat, para partisipan inkubator telah berhasil menjual produk mereka ke pembeli internasional dan butik-butik di berbagai benua.
Ajang itu juga menggandakan pendapatan mereka serta mendapatkan berbagai kesempatan berharga, seperti mengikuti Paris Trade Show, hingga untuk pertama kalinya bisa menempuh pendidikan di École Duperré, salah satu sekolah fashion paling bergengsi di Paris.
Ekosistem yang terdiri dari Lakon Indonesia, JF3 Fashon Festival, dan PINTU Incubator telah berkembang menjadi ekosistem yang paling kuat di bidangnya, dengan aset dan fasilitas yang sangat komprehensif.
Keberhasilan ini menandai sejarah baru dalam industri fashion Indonesia dan melalui kerja sama dengan kedutaan Prancis menjadi menjadi satu-satunya ekosistem di Indonesia yang secara resmi terhubung dengan industri mode Prancis.
Peluncuran Buku Ode to Indonesian Culture
Kesempatan sama, Thresia Mareta memperkenalkan Ode to Indonesian Culture, sebuah buku yang dikerjakan selama dua tahun.

Buku ini mengangkat 15 sosok inspiratif Indonesia, diceritakan dari perspektif Lakon Indonesia.
“Harapan saya, generasi mendatang tidak hanya memahami warisan budaya mereka, tetapi juga bangga. Dunia akan selalu berubah, tetapi semoga mereka tidak pernah melupakan kekuatan dan keindahan akar budaya mereka,” tutur Thresia.
Dia berharap buku itu menjadi warisan yang hidup, sebuah penghormatan bagi kebijaksanaan dan kontribusi mereka yang membentuk narasi budaya kita hari ini, sekaligus memberikan inspirasi bagi masa depan untuk terus menghargai dan merayakan identitas. (HG)