Hidupgaya.co – Kekhawatiran finansial menjadi salah satu hal utama yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 76% responden di Indonesia merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka.

Kekhawatiran ini bukan hanya terkait aspek finansial, tetapi juga meluas ke ketidakpastian dalam dunia pekerjaan, demikian menurut survei yang dilakukan oleh UOB Indonesia.

Survei mengungkap, ada 61% responden merasa cemas dengan masa depan pekerjaan mereka.

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret menyampaikan 49% masyarakat merasa ragu terhadap kemampuan mereka untuk menabung.

“Banyak yang ingin menabung, tetapi ada ketidakpastian apakah mereka bisa melakukannya secara konsisten,” kata Vera dalam sesi diskusi “Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi” bersama UOB Indonesia di acara Like It! 2024 yang dihelat Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan di Jakarta, baru-baru ini.

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret berbagi wawasan tentang mengelola keuangan kepada audiens (dok. Hidupgaya.co)

Vera menambahkan, menurut survei yang sama, sebanyak 40% responden menyatakan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan dapat menyisihkan uang untuk investasi, sementara 35% lainnya merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi diri sendiri maupun keluarga.

Survei ini juga mengungkapkan lima kategori pengeluaran utama di kalangan masyarakat Indonesia. Prioritas utama adalah pendidikan, disusul oleh kebutuhan rumah tangga seperti tagihan listrik, air, dan telepon.

Selain itu konsumsi makanan melalui layanan antar online pun menjadi pengeluaran yang signifikan, seiring dengan meningkatnya popularitas layanan tersebut di era digital.

Berdasarkan survei ini, 27% responden mengaku telah meningkatkan pengeluaran mereka dibandingkan tahun sebelumnya, sementara 30% lainnya berupaya mengurangi pengeluaran mereka, dan sisanya memilih untuk mempertahankan pengeluaran pada tingkat yang sama.

Hasrat menabung tinggi

Meski ada kekhawatiran finansial yang mendalam, survei ini juga menunjukkan bahwa keinginan untuk menabung tetap tinggi di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi Gen Z.

“Sebanyak 36% responden menyatakan minat untuk menambah jumlah uang yang ditabung, dengan kelompok Gen Z menjadi yang paling antusias dalam hal menabung,” tutur Vera.

Fakta itu mencerminkan optimisme dan kesadaran finansial yang semakin meningkat di kalangan generasi muda Indonesia, yang tampaknya semakin sadar akan pentingnya menjaga stabilitas keuangan di masa depan.

Berdasarkan survei, sebanyak 91% responden di Indonesia mulai menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk dana darurat, meskipun hanya 20% yang memiliki dana darurat cukup untuk bertahan selama enam bulan ke depan.

“Idealnya, dana darurat setidaknya mencakup enam bulan pengeluaran bulanan untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau masalah medis. Namun, kenyataannya, sebagian besar masyarakat hanya memiliki dana darurat untuk satu atau dua bulan,” ujar Vera.

Panduan alokasi pengeluaran

Untuk membantu masyarakat dalam mengelola keuangan, Vera membagikan panduan alokasi pengeluaran ideal.

“Sebanyak 70-85% pendapatan sebaiknya dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti tagihan dan cicilan minimum,” saran Vera.

Selain itu, 10-20% pendapatan dapat digunakan untuk tabungan atau investasi, sedangkan 5-10% lainnya bisa dialokasikan untuk kepentingan pribadi.

Kesempatan sama, ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan masyarakat perlu memiliki literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi dengan baik, terutama di tengah tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Menurutnya, inflasi dan ketidakpastian ekonomi global mendorong masyarakat untuk mengutamakan tabungan sebagai langkah perlindungan terhadap risiko ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.

“Selain inflasi, ancaman kehilangan pekerjaan juga membuat sebagian besar masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran dan meningkatkan tabungan sebagai cadangan darurat,” kata Enrico.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan respons umum terhadap ketidakpastian ekonomi global yang meluas.

Gaya hidup konsumtif

Di sisi lain, Enrico menyoroti pola konsumsi di kalangan generasi muda Indonesia yang cenderung mengarah pada gaya hidup konsumtif.

Menurutnya, konsumsi terhadap barang-barang non-esensial mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja mendorong masyarakat miliki literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi dengan baik (dok. Hidupgaya.co)

Enrico menguraikan bahwa ada empat kategori konsumsi populer di kalangan milenial, yaitu sun (liburan dan perjalanan), skin (produk perawatan kulit), screen (gadget dan perangkat elektronik), dan sugar (makanan dan minuman manis).

Peningkatan konsumsi barang-barang gaya hidup ini, menurutnya, mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bisa berdampak negatif jika mengurangi proporsi tabungan.

Masyarakat pun diminta tetap waspada agar konsumsi tidak mengurangi cadangan untuk masa depan.

“Generasi muda perlu mengurangi konsumsi yang berlebihan dan lebih fokus pada peningkatan aset. Jika tren gaya hidup konsumtif terus berlanjut tanpa perhatian terhadap stabilitas keuangan, risiko finansial di masa depan akan semakin besar,” tandas Enrico. (HG)