Hidupgaya.co – Syifa Hadju termasuk pesohor yang peduli dengan kanker payudara dan melakukan deteksi dini dengan Sadari (periksa payudara sendiri) sejak SMP.

Hal ini dia lakukan karena Syifa memiliki pengalaman terkait kanker payudara. Dalam hal ini tantenya, seorang diplomat yang tinggal di Jerman divonis kanker payudara, dan sayangnya tidak selamat.

“Tanteku kena kanker dan melakukan pengobatan. Kankernya sempat hilang tapi kembali,” ujar Syifa di acara diskusi tentang kanker payudara yang diinisiasi PT Uni-Charm Indonesia Tbk bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) di Balai Komando, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (2/10/2024).

Karena memiliki faktor genetik kanker payudara, sejak mulai haid, Syifa diajari sang ibu untuk melakukan Sadari sedari SMP.

Syifa Hadju ajak remaja putri mulai Safari sejak haid pertama (dok. ist)

Aku pertama kali haid kelas 2 SMP. Saat itu aku dikenalkan ibuku Sadari. Kebetulan tanteku kena kanker payudara dan saat itu dia kerja jadi diplomat di Jerman, tapi akhirnya meninggal. Dia inspirasi aku untuk melakukan Sadari dan aku sudah cukup aware,” terang influencer di IG dengan jutaan pengikut.

Tak hanya mempraktikkan Sadari buat diri sendiri, Syifa juga mengajarkan hal itu kepada adiknya, Sherina Hadju.

“Aku senang bisa hadir dan sharing dengan teman-teman soal kanker payudara. Jarang banget bisa sharing seperti ini, karena ada yang masih anggap tabu sharing tentang payudara,” ujar Syifa di hadapan ratusan siswa SMP yang berkumpul di Balai Komando Cijantung, Jakarta Timur.

“Aku berharap dengan sharing ini, teman-teman bisa Sadari sejak mulai dapat haid sebagai tindakan deteksi dini,” tuturnya.

Kanker payudara memang masih jadi pembunuh utama wanita untuk kasus kanker di Indonesia. Spesialis Bedah Onkologi dr. Iskandar, Sp.B.Subsp.Onk(K),MPH dari RS Dharmais, kasus kanker payudara di Indonesia terbilang tinggi.

“Angka kematiannya tinggi, karena banyak wanita datang ke rumah sakit pada stadium sudah lanjut,” terang dr. Iskandar.

Yang tak kalah mencemaskan, kanker payudara mengincar usia muda. “Data di RS Dharmais menyebut banyak wanita kena kanker payudara di usia 40 tahun. Bahkan ada yang 17 tahun,” ujarnya.

Syifa Hadju bersama manajemen PT Uni-Charm Indonesia Tbk ajak remaja putri deteksi kanker payudara (dok. ist)

Padahal jika dideteksi pada stadium dini, yalni dengan Sadari dan Sadanis (periksa payudara klinis – yang dilakukan dokter) besar peluang pasien kanker akan selamat, sebut dr. Iskandar

Sadari perlu dilakukan setelah 7-10 hari menstruasi. Cara pemeriksaannya cukup mudah yakni hanya meraba dan merasakan ada benjolan atau tidak di area payudara. “Lakukan saat mandi dengan bantuan sabun atau sampo sehingga permukaan kulit lebih licin dan sensitif. Begitu ketahuan ada benjolan atau hal tak biasa pada payudara, segera konsultasikan ke dokter,” saran dr. Iskandar.

Manfaat deteksi dini kanker, sebut dr. Iskandar, bisa menghindari kemoterapi atau mastektomi (pengangkatan payudara). “Kalau kanker ditemukan di stadium dini, kemungkinan tidak perlu mastektomi dan kemoterapi. Kemungkinan juga tidak dilakukan pembersihan bagian ketiak dari sel kanker untuk mengurangi pembengkakan tangan,” tandasnya.

Donasi Unicharm kepada YKPI untuk dukung edukasi tentang kanker payudara (dok. ist)

Kesempatan sama  Direktur PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Sri Haryani mengatakan dalam tiga tahun terakhir, perusahaan telah mengedukasi dan menjangkau lebih dari 15 ribu wanita mengenai pentingnya mencegah kanker payudara.

Kami telah lakukan edukasi secara langsung ke hampir 15 ribu wanita selama 3 tahun ini. Diharapkan mereka bisa menyebarluaskan ke orang-orang terdekatnya,” ujar Sri Haryani.

Dia berharap kolaborasi dengan Syifa Hadju kian meningkatkan kepedulian deteksi dini kanker payudara. (HG)