Hidupgaya.co – Namanya mungkin belum terlalu familiar dibandingkan cacar air. Bahkan dokter umum mungkin keliru mendiagnosis penyakit ini dengan penyakit lain. Namun herpes zoster, atau kerap disebut cacar api/cacar ular atau dompo memiliki dampak kesehatan yang tidak ringan.

Bila tidak ditangani dengam baik, penyakit cacar api yang disebabkan oleh Varicella zoster, virus sama yang menyebabkan cacar air, bisa menimbulkan komplikasi serius, termasuk nyeri saraf tak tertahankan hingga kebutaan jika menyerang area mata.

Herpes zoster sebenarnya lazim dari yang dikira banyak orang. Data menyebut, 9 dari 10 orang memiliki risiko terkena penyakit yang tidak bisa dianggap sepele.

Penyakit herpes zoster atau lazim disebut cacar api, yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella zoster, dapat terjadi lebih umum dari yang kita pikirkan.

Menurut Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, Spesialis Penyakit Dalam Alergi Immunologi Klinik, lebih dari 90% orang dewasa memiliki virus Varicella zoster karena sebelumnya pernah terkena cacar air.

“Herpes zoster muncul karena reaktivasi virus cacar air. Virus itu menunggu untuk tereaktivasi kembali seiring bertambahnya usia. Lansia  di atas 50 tahun berisiko terkena herpes zoster karena penurunan fungsi kekebalan terkait usia,” ujar Prof Samsuridjal dalam diskusi media di Jakarta, Minggu (25/8/2024).

Narasumber diskusi terkait penanganan herpes zoster dan pentingnya vaksinasi untuk kelompok usia dewasa dan rentan (dok. Hidupgaya.co)

Selain lansia, kelompok yang berisiko terkena herpes zoster adalah orang yang memiliki penurunan kekebalan tubuh, mungkin karena diabetes melitus, penyakit jantung atau karena penyakit yang memicu penurunan kekebalan. “Jadi bukan hanya lansia, kelompok dengan sistem kekebalan melemah juga rentan terkena herpes zoster,” imbuh Prof Samsuridjal.

Kesempatan sama, Dr. dr. Paulus Sugianto, Sp.N, Sp.Sub NKI (K), FAAN dari Pokja Neuroinfeksi dan Neuroimmunologi PERDOSNI mengatakan, hal yang perlu diwaspadai karena mengganggu kualitas hidup adalah neuralgia pasca-herpes (NPH), yakni nyeri saraf jangka panjang.

“Nyeri ini berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan atau kadang bertahun-tahun sensasi seperti ditusuk ribuan jarum. Dan itu terjadi sepanjang hari. Ada pasien yang depresi karena kondisi ini karena skala sakitnya 9-10,” ujar dr. Paulus.

Orang yang terkena nyeri pasca herpes ini dari luar terlihat sehat, namun siksaan virus dari dalam tubuh sungguh dahsyat. “Virus yang tinggal di tubuh itu menyerang saraf dan akan diam di situ, serta sulit hilang. Selama virus diam itu akan menyerang serabut saraf. Itu yang bikin nyeri,” terang dr. Paulus.

Nyeri pasca herpes itu tak tertahankan, bahkan tak jarang obat antinyeri tidak membantu. “Kalau pakai obat epilepsi/antikejang bisa membantu, namun nyerinya tidak bisa nol. Kalau dihitung dari skala masih ada 3-4. Jadi nyeri tidak bisa hilang sama sekali,” tuturnya.

Komplikasi akibat infeksi herpes zoster lainnya termasuk infeksi saraf di sekitar mata –  dalam kasus yang jarang bisa memicu kebutaan.

Infeksi cacar api juga juga dapat memicu kejadian kardiovaskular dan serebrovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, serta gangguan pendengaran.

“Komplikasi akut herpes zoster juga bisa menyebabkan radang otak ensefalitis. Dalam kasus ini, jika tidak ditangani orang bisa meninggal,” beber dr. Paulus.

Efek lain dari infeksi herpes zoster adalah radang sumsum tulang belakang. “Ini komplikasi tidak enak karena pasien bisa lumpuh kedua kaki dan tangan dan sering kali tidak kembali,” lanjutnya.

Dampak dari infeksi herpes zoster sungguh tidak bisa dibilang sepele. Adanya vaksin herpes zoster diharapkan dapat menjadi harapan baru dalam mengatasi persoalan ini. “Dampak dari infeksi herpes zoster itu mengerikan sekali. Kalau ada vaksin minimal kita bisa kurangi komplikasi yang tidak diharapkan,” tandas dr. Paulus.

Pentingnya vaksinasi untuk cegah komplikasi

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI,  menyoroti pentingnya vaksinasi pada kelompok orang dewasa, termasuk dalam hal ini vaksin herpes zoster.

“Penting untuk memprioritaskan vaksinasi untuk individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah dan kondisi medis kronis,” ujar dr. Sukamto. “Vaksin herpes zoster direkomendasikan untuk orang dewasa di atas 18 tahun hingga usia lanjut.”

“Satgas Vaksin Dewasa di PAPDI berkolaborasi bersama ahli lain, seperti kulit, neurologi juga jantung melakukan telaah apakah vaksin itu bermanfaat atau tidak termasuk vaksin herpes zoster,” lanjut dr. Sukamto.

Selain terkait izin edar yang dikeluarkan BPOM, telaah dari para ahli dan benchmark dari seluruh dunia digunakan sebagai bahan pertimbangan manfaat vaksin.

Menurut vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, imunisasi memberikan perlindungan sepanjang hayat. “Vaksinasi akan melindungi manusia sejak lahir sampai meninggal,” ujarnya.

Internis yang berpraktik di RS EMC Pulomas Jakarta menyebut vaksinasi menjadi hal penting karena dunia kedokteran ke depan akan mengedepankan pencegahan. “Itulah mengapa vaksinasi menjadi penting,” tuturnya.

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD (dok. Hidupgaya.co)

Orang yang tidak divaksinasi, sebut dr. Dirga, mesti sakit dulu baru punya kekebalan. “Itu beda dengan orang yang divaksinasi yang akan punya kekebalan tanpa harus sakit dulu,” terangnya.

Dia menambahkan, vaksin itu bekerja spesifik. “Vaksin A misalnya hanya akan bekerja untuk mencegah sakit A. Vaksin herpes zoster misalnya spesifik mencegah orang terkena penyakit itu,” lanjut dr. Dirga.

Vaksinasi memang tidak bisa mencegah suatu penyakit 100 persen. “Tapi dengan vaksinasi kalau pun terkena penyakit maka akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak mendapat vaksinasi,” tandasnya. (HG)