Hidupgaya.co – Industri kecantikan nasional mempunyai potensi yang sangat luas untuk dikembangkan, mengingat melimpahnya sumber daya alam sebagai bahan baku kosmetik.

Industri kosmetik di Indonesia juga menunjukkan tren positif. Ini ditandai dengan pertumbuhan jumlah industri kosmetik di Indonesia yang mencapai 21,9%, yakni dari 913 perusahaan di tahun 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023.

Dikutip dari laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor. Secara kumulatif untuk periode Januari-November 2023 nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tembus US$770,8 juta.

Mengingat besarnya pasar kecantikan di tanah air,  Pemerintah Distrik Guangzhou Bandung Tiongkok bersama Nose Herbalindo siap melakukan investasi di industri kecantikan di Indonesia, dengan menanam dan membangun pabrik ekstraksi tanaman herbal Indonesia yang berkhasiat untuk produk kecantikan dan makanan sehat.

Direktur PT Nose Herbalindo, Kim Ho (kanan) dan Chairman Guangzhou Baiyun Meiwan Technology Co., Ltd., Cai Bingguo (kiri) usai penandatanganan nota kerja sama investasi di bidang kecantikan di Jakarta (dok. Hidupgaya.co)

Indonesia memiliki warisan budaya leluhur tentang tanaman berkhasiat sebagai obat dan perawatan tubuh yang telah digunakan turun temurun.

Direktur PT Nose Herbalindo, Kim Ho mengatakan ada banyak tanaman Indonesia yang bisa diekstrak dan digunakan sebagai ingredient (kandungan) untuk produk kecantikan dan makanan sehat.

Kolaborasi dengan pemerintah distrik Guangzhou Bandung Tiongkok memungkinkan produk Indonesia dipromosikan di Cina. “Dengan penandatanganan MoU itu memungkinkan produk Indonesia dipromosikan ke Cina,” terang Kim Ho usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Nose Herbalinfo dan Pemerintah Distrik Guangzhou Bandung Tiongkok di Jakarta, baru-baru ini.

Penandatangan nota kerja sama itu dilakukan oleh Direktur PT Nose Herbalindo, Kim Ho dan Chairman Guangzhou Baiyun Meiwan Technology Co., Ltd., Cai Bingguo.

Kesempatan sama, Cai Bingguo menyampaikan lebih dari 10 pabrik dan merek kosmetik di bawah koordinasi pemerintah lokal Tiongkok, berencana berinvestasi di Indonesia.

Kim Ho lebih lanjut mengatakan, saat ini baru 1% ingredient dari tanaman Indonesia yang digunakan oleh industri kosmetik dunia. Yang terbanyak digunakan adalah ingredient dari Amerika, Eropa, Jepang, dan Korea.

“Padahal, Indonesia banyak memiliki tanaman herbal yang berpotensi untuk kosmetik,” ujar KimHo seraya menyebut pegagan (Centela asiatica), temu lawak, kayu manis sebagai tanaman herbal Indonesia yang memiliki potensi besar  sebagai bahan baku skincare.

Sebagai tindak lanjut MoU dengan Pemerintah Distrik Guangzhou Bandung Tiongkok, saat ini pihaknya tengah mencari lahan untuk dijadikan pusat tanaman herbal. “Kalau ada dukungan dari Pemerintah Indonesia berupa lahan yang centralized,” ujar Kim Ho. Tujuannya tak lain agar hemat biaya dan bernilai ekonomi baik.

Dia menyebut, Nose Herbalindo juga telah menandatangani nota ketja sama dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) untuk riset tanaman Indonesia yang bisa dijadikan bahan baku kosmetik.

Pada tahap awal, riset akan difokuskan pada riset tanaman yang memiliki khasiat antijerawat dan pencerah kulit. Dengan pertimbangan produk tersebut paling dicari masyarakat Indonesia.

General Manager Research & Development PT Nose Herbal Indo, Netty Kristina mengatakan, riset itu diharapkan selesai kurang dari satu tahun.

Perlu diketahui, dalam beberapa tahun terakhir Nose Herbalindo juga telah menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi di Indonesia untuk riset tanaman herbal yang memiliki nilai ekonomi untuk dijadikan bahan baku kosmetik.

Pasar kosmetik lokal masih menjanjikan

Bicara tentang pasar kosmetik, khususnya skincare lokal di Indonesia, menurut Kim Ho, masih menjanjikan.

Kim Ho, Direktur Nose Herbalindo (dok. Hidupgaya.co)

“Pasar skincare di Indonesia itu bukan blue ocean atau red ocean. Saat ini carinya yang pink ocean. Harus fokus pada produk spesifik tertentu yang menyasar niche market,” ujar Kim Ho.

Dia mencontohkan klien Nose Herbalindo yang membidik produk skincare khusus anak. “Produk ini pertumbuhannya cepat dan masih belum banyak digarap,” terang Kim Ho.

Delain menemukan segmen pasar yang tepat, strategi agar mencatat pertumbuhan baik di bisnis skincare adalah dengan menghindari persaingan yang sangat ketat di low end market. “Segmen ini persaingannya ketat sekali,” pungkas Kim Ho yang telah membesut perusahaan maklon kosmetik di Indonesia dan memiliki klien aktif (repeat order) hingga 500. (HG)