Hidupgaya.co – Tingkat inflasi Indonesia melonjak hingga 3,05% pada bulan Maret 2024, meningkat dibandingkan Desember 2023 sebesar 2,61%, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Peningkatan inflasi tersebut berdampak pada sosial ekonomi keluarga yang menyebabkan menurunnya daya beli pangan.
Menurut peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Sulistiadi Dono Iskandar, kenaikan inflasi dan harga pangan telah memberikan dampak bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama keluarga dengan tingkat pendapatan rendah. Dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), terlihat bahwa semakin rendah pendapatan per kapita masyarakat, semakin rendah pula pengeluarannya untuk pangan bergizi.
“Akibat inflasi dan kenaikan harga, beberapa masyarakat kurang mampu terpaksa mengurangi belanja pangan karena ingin berhemat atau mungkin memilih alternatif yang kurang bernutrisi. Alhasil, anak rentan terkena stunting karena kurang gizi atau anemia karena kurang zat besi,” ujar Sulistiadi.
Hal ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan erat antara faktor ekonomi keluarga dengan permasalahan status gizi anak. Idealnya, seorang anak harus mendapatkan makanan bernurtrisi lengkap seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah.
Sulistiadi menambahkan, sayangnya, karena kondisi ekonomi rendah, jangankan untuk memenuhi asupan gizi seimbang, untuk makan sehari-hari saja menjadi beban yang sulit bagi para ibu. “Selain faktor sosial ekonomi keluarga, permasalah gizi juga dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya standar kualitas makanan dan kesulitan masyarakat untuk menjangkau pangan bergizi. Inilah mengapa kurangnya keterjangkauan pangan umumnya melatarbelakangi kondisi status gizi buruk,” imbuhnya.
Peneliti LPEM FEB UI lainnya, Teuku Riefky, mengakui inflasi cenderung meningkat selama periode Januari-Maret 2024, tapi sebenarnya sudah mulai menurun sedikit ke 3% di bulan April 2024. Ke depannya, inflasi pada kuarter kedua diprediksi akan semakin turun dan berpotensi membawa dampak positif terhadap daya beli masyarakat.
Para ibu dituntut bisa mengambil keputusan bijak di masa sulit ini. Dalam situasi harus berhemat di segala lini, makanan sehat harus menjadi nomor satu. Terlebih lagi, menurut data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 1 dari 4 anak berusia di bawah 5 tahun mengalami risiko anemia. Banyak penelitian anemia di Indonesia disebabkan oleh defisiensi besi.

Diakui oleh Dr. dr. Luciana Budiati Sutanto, MS, Sp.GK, anak-anak Indonesia masih menghadapi tantangan kesehatan utama di Indonesia seperti anemia. Padahal, pada 5 tahun pertama kehidupan, anak harus tercukupi nutrisinya dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang lengkap nutrisi. “Anjuran makan dengan gizi lengkap dinyatakan oleh pemerintah melalui pedoman gizi seimbang, yang terdiri dari bahan makanan sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, serta buah,” ujarnya.
Luciana menambahkan, zat besi merupakan salah satu zat gizi yang penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal anak, tidak hanya dari segi fisik tetapi juga kecerdasan otak. Zat besi bisa didapatkan dari berbagai makanan misalnya, daging merah, kerang-kerangan, ikan, hati, kacang kedelai, kacang-kacangan, dan susu yang diperkaya zat besi. “Makanan yang kaya akan zat besi dapat membantu mencegah anemia defisiensi besi pada anak balita,” bebernya.
Selain itu, untuk meningkatkan penyerapan zat besi di usus, dapat dibantu dengan adanya vitamin C. Berdasarkan berbagai penelitian didapatkan penyerapan zat besi dalam tubuh meningkat hingga 2 kali lipat dengan adanya vitamin C.
Mengonsumsi susu pertumbuhan yang diperkaya zat besi dan dikombinasikan dengan vitamin C akan diperoleh asupan zat besi yang lebih tinggi. Susu pertumbuhan juga merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang mempunyai nilai-nilai biologis tinggi dibandingkan dengan protein nabati karena memiliki asam amino yang lebih kompleks dan mudah diserap tubuh.
Oleh karena itu, sebut Luciana, dengan memberikan asupan yang lengkap berdasarkan gizi seimbang, serta memerhatikan asupan zat besi dari makanan, diharapkan tumbuh kembang anak balita dapat optimal dan terhindar dari anemia kurang zat besi.
SGM Eksplor Marketing Manager Anggi Morika Septie mengatakan, kini SGM Eksplor hadir dengan harga baru yang lebih dekat dengan para ibu untuk mencukupi asupan zat besi bagi buah hati. “Dukungan ini merupakan komitmen SGM Eksplor yang telah hadir selama hampir 70 tahun untuk menjawab kebutuhan anak Indonesia melalui produk bernutrisi yang terjangkau,” ujarnya.
SGM Eksplor, sebut Anggi, merupakan susu pertumbuhan yang mengandung IronCTM, yaitu kombinasi unik zat besi dan vitamin C, yang teruji klinis dapat membantu penyerapan zat besi hingga dua kali lipat, dilengkapi DHA 100% berkualitas dari minyak ikan tuna, lebih baik dari minyak ikan lainnya.
“Dengan harga baru yang semakin terjangkau, kami memastikan nutrisi SGM Eksplor tetap maksimal. Isi/gramasi tetap sama sehingga mendukung Bunda untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan maksimal juga,” pungkas Anggi. (HG)