Hidupgaya.co – Sarung tenun Majalaya yang legendaris menjadi salah satu sorotan di ajang Fashionality 2023. Diusung oleh Indonesia Fashion, Art, and Festival (IFAF) bersama Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat, sarung tenun yang sejak lama menjadi ikon Majalaya, wilayah di Kabupaten Bandung, telah menjadi wastra andalan yang dikelola turun temurun dan proses pembuatannya menggunakan teknik Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Disampaikan pendiri IFAF Lina Marlina, sarung tenun Majalaya dalam beberapa tahun agak terpinggirkan. “Akibat perkembangan teknologi yang semakin maju dan dunia yang semakin modern, sarung tenun Majalaya kerap ditinggalkan dan terlupakan. Penggunaannya bahkan hanya sebatas untuk keperluan ibadah semata atau di hari raya besar, seperti Idul Fitri dan Idul Adha,” ujarnya di acara temu media jelang pergelaran fashion yang mengusung sarung tenun Majalaya di Fashionality 2023 di Trans Convention Center (Trans Luxury Hotel) Bandung, Selasa (12/12/2023).
Lina berharap, kolaborasi antara IFAF dan APPMI dalam mengangkat sarung tenun Majalaya akan makin meningkatkan harga dan value dari produk wastra yang dikerjakan turun temurun oleh sekira 300 perajin di Majalaya. “Harga akan makin mahal ketika diciptakan dengan desain yang lebih bagus. Busana dari sarung tenun Majalaya bisa untuk harian atau pesta. Diharapkan hal ini menjadi inspirasi bagi perajin sarung tenun bahwa wastra itu bisa dibikin menjadi luar biasa, bernilai jual tinggi,” bebernya.

Lebih lanjut Lina menambahkan dengan kolaborasi IFAF dan APPMI akan memberikan inspirasi perajin akan meningkatkan kualitas. “Perajin sarung tenun yang selama ini fokus pada kuantiti diharapkan akan mengejar quality juga. Kami ingin memotivati perajin dari yang semula mengejar kuantiti akan menghasilkan karya berkualitas,” urainya.
Untuk mengangkat citra sarung tenun Majalaya, sembilan desainer APPMI menciptakan busana kekinian yang bisa dikenakan di segala kesempatan, yakni Ayu Dyah Andari, Bellahasura, Dewi Noor x Lina Marlina, Hanny Lovely, Kisera x Klambikoe by Anti, Kursien Karzai, Malik Moestaram, Rya Baraba, dan Zuebarqa by Benz.
Setiap desainer bebas menginterpretasikan sarung tenun menjadi busana sesuai garis rancang khas mereka. Malik Moestaram misalnya menciptakan busana dari sarung tenun yang disukai para ibu. “Saya membuat busana dari sarung tenun yang disukai ibu-ibu, daya pakainya tinggi,” ujarnya.
Sementara Ayu Dyah Andari memadukan antara motif poleng sarung tenun Majalaya dengan membangun kontras antara garis desain feminin dengan palet warna cenderung gelap. Koleksi ini juga dilengkapi sulaman payet buatan tangan dalam busana bernuansa biru, hijau hingga coklat tua yang disesuaikan dengan warna khas sarung tenun Majalaya.

Pelaku Usaha Peka dengan Perkembangan Mode
Kesempatan sama, Bupati Bandung Dadang Supriatna menyampaikan, tradisi menenun di Jawa Barat sudah dikenal sejak ratusan tahun yang silam. Istilah ‘upageuning’ yang tertulis dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian, mengungkap bahwa masyarakat Jawa Barat sudah mengenal kesopanan dalam berbusana.
“Salah satu daerah penghasil sarung tenun di Jawa Barat adalah Kecamatan Majalaya di Kabupaten Bandung,” ujarnya dalam sambutan sebelum gelaran kolaborasi IFAF dan APPMI Jabar mengangkat sarung tenun Majalaya di Fashionality 2023.
Mengutip Tim Peneliti Program Studi Magister Desain, Institut Teknologi Bandung, bahwa pada Saroeng Majalaya ditemukan motif poleng sebagai motif lokal yang pernah muncul antara tahun 1930-1970. Motif poleng merupakan aplikasi dari motif dasar dengan struktur yang termasuk ke dalam kategori garis dan kotak-kotak.
Pada zamannya nomenklatur variasi sarung poleng Majalaya antara lain dikenal dengan poleng camat, poleng haji, poleng totog, poleng bolegbag, poleng taliktik, poleng namicalung, dan lainnya.

Sarung Majalaya, sebut Dadang, bukan saja menjadi sektor industri tekstil di Jawa Barat, namun menjadi kebanggaan Kabupaten Bandung yang ikut mengangkat nama dan potensi lainnya. “Variasi motif sarung Majalaya dapat dikreasikan menjadi aneka ragam busana juga hasil kerajinan yang bernilai estetis dan ekonomis,” tuturnya.
Dia bergarap kegiatan ini dapat membangkitkan lagi kejayaan sarung Majalaya.
Bupati mendorong para pelaku usaha bisa peka dan beradaptasi dengan perkembangan mode dan permintaan masyarakat. “APPMI bisa berperan menjadi wadah untuk turut mengembangkan potensi pelaku usaha dan perajin di bidang mode dan kriya, sehingga produk-produk dari berbagai daerah di Jawa Barat dapat menembus pasar nasional dan internasional,” tandas Dadang. (HG)