Hidupgaya.co – Dampak perubahan iklim makin terasa di tiap aspek kehidupan, bukan hanya pada manusia, namun juga satwa langka yang perlu dilindungi, termasuk orangutan yang kian terpinggirkan dari habitat alaminya di alam liar.

Disampaikan Biodiversity Conservation and Management Planning Specialist, Research Center for Climate Change – Universitas Indonesia (RCCC – UI) Rondang S. E. Siregar, perubahan iklim dan dampaknya merupakan hal yang sudah semakin nyata dan dapat dirasakan tidak hanya oleh manusia, namun juga berdampak pada semua makhluk hidup. “Konservasi hutan dan seluruh ekosistem makhluk hidup di dalamnya, termasuk spesies langka orangutan, merupakan salah satu cara untuk kita dapat meminimalkan dampak perubahan iklim,” ujarnya di acara diskusi ‘Menjaga Orangutan, Menghidupkan Masa Depan’ yang digelar The Body Shop Indonesia bersama dengan Yayasan Kehati dan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) di Jakarta, baru-baru ini.

Rondang menekankan pentingnya melindungi habitat orangutan di alam liar dan tidak ‘memanusiakan’ mereka dengan dipelihara di rumah atau bahkan diperdagangkan. “Orangutan memiliki peran penting untuk menjaga hutan, yaitu sebagai penebar biji dari biji-bijian dan buah-buahan yang dimakannya. Pergerakan mereka yang membawa biji-bijian tersebut memungkinkan pertumbuhan pohon baru,” bebernya. 

Komitmen menjaga kelangsungan hidup orangutan (dok. ist)

Selain itu, sebut Rondang, orangutan membuat celah di antara pepohonan dengan cara mematahkan dahan dan rantingnya sehingga cahaya matahari dapat masuk ke hutan yang menstimulasi pertumbuhan tanaman di dalamnya. “Aksi mereka ini meningkatkan biodiversitas serta ketahanan hutan, dan berdampak pada efek perubahan iklim itu sendiri,” bebernya.

Lebih lanjut peneliti Universitas Indonesia itu mengungkap, terdapat tiga spesies orangutan di Indonesia, yakni Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiganya berstatus ‘kritis’ berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). 

Dari ketiga spesies ini, Orangutan Tapanuli merupakan jenis baru, dan tergolong spesies kera paling langka di dunia. Ekosistem Orangutan Tapanuli Selatan ini adalah jalur pegunungan hutan hujan di provinsi Sumatera Utara. Para ahli memperkirakan bahwa kurang dari 800 individu Orangutan Tapanuli yang tersisa di alam liar. 

“Jumlah orangutan mengalami penurunan sekitar 50% dalam 60 tahun terakhir karena kehilangan habitat yang diakibatkan karena berbagai hal, termasuk perburuan oleh masyarakat sekitar karena dianggap hama, jual beli bayi orangutan secara ilegal,” ujar Rondang.

Selain itu, kegiatan pembalakan, pertambangan, pertanian, dan pembangunan infrastruktur di area habitat telah menurunkan populasi orangutan. Padahal, saat berada di habitat alam liar, orangutan mampu bertahan hidup hingga umur 50-60 tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari semua pihak untuk memastikan kelestarian habitat mereka. 

Kesempatan sama, Program Director Sustainable Landscape Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) Binur Dessy Naibaho mengungkap, kehadiran orangutan yang berkelanjutan di alam liar membutuhkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak yang bekerja di tingkat nasional, regional, dan lokal, terutama generasi muda yang memiliki tugas penting menjaga kelestarian Bumi dan ekosistem makhluk hidup di dalamnya untuk masa depan. “Keberlanjutan upaya konservasi hanya dapat dicapai melalui manajemen yang baik, penegakan hukum yang efektif, kemitraan kreatif, penjangkauan dan komunikasi publik yang sukses dan pembiayaan berkelanjutan,” bebernya.

Melihat urgensi dari kondisi di atas, The Body Shop Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kehati dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) secara aktif mendukung program konservasi Orangutan Tapanuli, antara lain dengan program Bio-Bridge di daerah Batang Toru. Langkah yang diambil termasuk edukasi yang berkelanjutan kepada generasi muda  dengan melakukan sosialisasi ke beberapa kampus di Indonesia, dan mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam program donasi yang dapat dilakukan di toko-toko The Body Shop di seluruh Indonesia.

Bio-Bridge merupakan program konservasi hutan dengan cara membangun koridor antara bagian (area) hutan yang terpecah akibat eksploitasi seperti perburuan ilegal dan penebangan kayu yang tidak berlandaskan asas berkelanjutan,” ujar CEO The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo.

Komitmen menjaga keberlangsungan hidup orangutan (dok. Hidupgaya.co)

Dia menambahkan, program donasi juga berperan penting dalam konservasi yang berkelanjutan, di antaranya dalam upaya mitigasi konflik manusia-orangutan, mencakup program penyadartahuan atau edukasi untuk pelajar dan warga tentang Orangutan Tapanuli dan habitatnya, dan menginisiasikan solusi berbasis desa untuk mengatasi konflik satwa liar-manusia.

Bersama konsumen, The Body Shop Indonesia berhasil menghimpun donasi Rp270.650.000 untuk upaya konservasi Orangutan Tapanuli. “The Body Shop Indonesia mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat dan juga konsumen setia kami, sehingga program-program yang kami jalankan secara berkelanjutan dapat terus bergulir dan memberikan nilai yang berkelanjutan, tidak hanya kepada usaha konservasi orangutan itu sendiri, tapi lebih luas lagi,” tutur Suzy.

Pemerhati konservasi orangutan Nadia Mulya sepakat bahwa inisiatif yang kita tempuh dalam usaha konservasi orangutan dan hutan itu sendiri menjadi langkah konkret yang penting dalam meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim. “Saya mengimbau masyarakat, terutama generasi muda untuk selalu proaktif dalam berbagai upaya melestarikan Bumi kita. Sekecil apapun itu, kontribusi kita akan sangat berarti dan memiliki manfaat yang besar bagi kita semua,” tandasnya. (HG)