Hidupgaya.co – Dea Ananda bersama suami, Ariel Nidji, harus berjuang selama 12 tahun untuk mendapatkan buah hati, Sanne El Azhar yang lahir pada 14 Juni 2022. Setelah ‘window shopping’ menyambangi sejumlah klinik kesuburan, akhirnya diputuskan Dea dan suami menjalani program bayi tabung untuk mendapatkan anak. Pemeriksaan dokter di klinik kesuburan menunjukkan Dea memiliki masalah reproduksi yang menyulitkan kehamilan alami. Sedangkan sang suami memiliki masalah dengan kualitas sperma.
“Saat ke klinik kesuburan itu sempat overwhelmed karena targetnya harus hamil. Jadinya malah stres. Ketemu dokter yang bicaranya blak-blakan sampai bikin nangis. Akhirnya gak lanjut. Milih istirahat satu tahun dulu sembari mencari dokter yang chill,” ujar Dea saat mengisahkan perjuangannya mendapatkan buah hati dengan inseminasi buatan alias bayi tabung di acara Bocah Fertility Week 2023 (BFW 2023) di Jakarta, Sabtu (4/11/2023).
Pada 2019 Dea dan suami sepakat serius mengupayakan anak. “Pas pandemi itu kami bisa serius berupaya memiliki anak. Suami lebih banyak di rumah karena tidak ada jadwal manggung selama pandemi itu. Jadi selama setahun rehat itu aku mengubah gaya hidup lebih sehat, termasuk resign dari pekerjaan untuk meminimalkan stres. Usaha perbaiki makanan, termasuk olahraga,” kisah Dea.
Dea Ananda bersama buah hati Sanne El Azhar (dok. Hidupgaya.co)
Di masa itu, dia dipertemukan dengan Bocah Indonesia, klinik fertilitas yang menawarkan peluang mendapatkan momongan dengan memeriksa pasangan suami istri secara detail dan komprehensif. Dea merasa cocok di Bocah Indonesia karena pemeriksaan terperinci. “Itu tahun 2020 dan merasa berjodoh dengan Bocah Indonesia. Yang dicek bukan saya doang, tapi suami juga. Suami diarahin ke spesialis androlog untuk diperiksa. Kami putuskan lanjut karena dokter di sini enak penjelasannya,” kata mantan artis cilik itu.
Hasil pemeriksaan menunjukkan Dea mengalami PCOS (sindrom ovarium polikistik), yakni gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur yang ditandai dengan gangguan siklus menstruasi dan memiliki kadar hormon androgen yang berlebihan. “Dulu memang haid gak teratur, bisa dua sebulan sekali. Saya nggak terlalu peduli karena sibuk kerja,” ujar Dea.
Selain PCOS, ternyata Dea juga punya masalah dengan saluran tuba yang menyulitkan kehamilan alami. “Selain PCOS, di Bocah Indonesia baru ketahuan aku ada masalah juga dengan penyumbatan kedua tuba. Itu yang bikin gak bisa hamil,” ujarnya.
Dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh termasuk laparoskopi. “Dari laparoskopi ketahuan ada endometriosis yang tidak terlihat saat USG. Jadilah diputuskan untuk memiliki anak dengan IVF (bayi tabung),” ujar Dea yang mengaku selama dua tahun bolak balik ke klinik fertilitas. “Berasa ke rumah nenek saja,” imbuhnya.
Dea juga menekankan pentingnya pemeriksaan suami dan istri untuk program hamil. “It takes two to tango. Laki-laki juga harus diperiksa, karena banyak juga masalah sulit hamil dari laki-laki dan nggak ketahuan kalau nggak dicek sama androlog,” bebernya.
Mantan penyanyi cilik itu mengaku sempat gagal menjalani transfer embrio hingga empat kali. “Saat itu kondisinya tidak excellent. Udah berasa pasrah saja,” terangnya.
Dia mendapatkan penjelasan, selain embrio yang harus disiapkan, perlu juga mempersiapkan sebuah ‘rumah’ yang berkualitas. “Dokter memutuskan untuk menunggu ‘rumahnya’ siap – dalam hal ini rahim. Saya disarankan menjalani hidup lebih santai, tidak melakukan olahraga keras, makan lebih sehat. Mencoba nggak overthinking,” ujar Dea.
Rupanya upaya tak kenal lelah itu membuahkan hasil. Namun Dea mengaku deg-degan saat jadwalnya tiba untuk melakukan tes kehamilan. “Karena ini bayi tabung, dokter memberi tahu kapan harus lakukan test pack. Saat test pack untuk tahu hamil apa nggak itu malah lebih deg-degan dibanding promil (program hamil). Saat itu test pack menunjukkan dua garis, positif. Tapi saya dan suami masih ragu, ini hamil gak ya? Akhirnya kirim hasil foto test pack ke dokter dan dikatakan hamil,” urai Dea.
Bahkan meskipun dokter mengatakan dirinya hamil, Dea memilih tunggu hingga ada detak jantung janin di rahimnya. “Tunggu ada detak jantung dulu baru berani bilang hamil,” ujarnya.
Dea berpesan kepada pejuang dua garis untuk tidak patah semangat. “Ketidakpedean itu normal. Serahin saja semua ke Tuhan. Harus punya faith bahwa pasti akan dikasih jalan sama Tuhan. Jangan lupa jalin komunikasi dengan pasangan, saling menguatkan dalam kondisi apapun,” sarannya.

Pendiri sekaligus CEO Bocah Indonesia dr. Pandji Sadar (dok. Hidupgaya.co)
Kesempatan sama, pendiri sekaligus CEO Bocah Indonesia dr. Pandji Sadar, untuk meningkatkan keberhasilan memiliki anak, pasangan suami istri harus diperiksa dengan menyeluruh untuk mengetahui faktor penyulit kehamilan. “”Keunikan Bocah Indonesia menangani suami dan istri. Suami tidak bisa ditangani dokter spesialis obgyn (kebidanan dan kandungan) karena itulah kami menyediakan banyak dokter andrologi untuk treatment optimal pada para suami,” ujarnya seraya menambahkan perawatan suami istri dilakukan paralel. “Tanpa adanya dokter andrologi, promil tidak berjalan optimal.”
Selama 4,5 tahun beroperasi di Indonesia, dr. Pandji menyebut klinik fertilitas Bocah Indonesia sudah menangani ratusan pasangan suami istri yang ingin memiliki anak dengan bayi tabung. “Pasien paling tua yang berhasil memiliki anak dengan bayi tabung di usia 47 tahun,” ujarnya.
Soal biaya terkait IVF, besaran biaya yang dibutuhkan relatif tergantung masalah yang dialami pasangan suami istri. Sebagai gambaran untuk satu siklus bayi tabung dibutuhkan dana Rp100 juta hingga Rp120 juta. Namun demikian tidak ada garansi bayi tabung akan berhasil. “Tidak ada yang bisa menggaransi bayi tabung akan berhasil 100 persen. Namun di Bocah Indonesia kami berupaya memaksimalkan keberhasilan,” tandasnya. (HG)
