Hidupgaya.co – Moms tentu pernah dengar tentang istilah perkembangan motorik, yaitu proses perkembangan gerak pada anak. Pada umumnya, gerakan tersebut didasari oleh kematangan fisik dan saraf pada anak.

Umumnya keterampilan motorik dibedakan menjadi dua, yakni keterampilan motorik kasar dan halus. Keterampilan motorik kasar merupakan gerakan yang melibatkan otot-otot besar tubuh, seperti kaki, tangan, dan lengan. Contohnya adalah merangkak, berjalan, melompat, berlari, dan sebagainya. Sementara keterampilan motorik halus lebih pada gerakan otot-otot kecil yang biasanya melibatkan tangan dan jari. Dalam hal ini misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

Menurut dr. Fellycia Trie W., Sp.A dari RS Cinta Kasih Jakarta, perkembangan motorik bayi ditandai dengan serangkaian tonggak postural, di antaranya duduk pada usia sekitar 6 bulan, tangan dan lutut merangkak pada usia 8,5 bulan, dan berjalan pada usia 12 bulan. “Perkembangan ini merupakan bagian penting dari pertumbuhan si Kecil di masa emasnya atau pada seribu hari pertama kehidupannya,” ujarnya.

Karenanya ibu perlu memberikan perhatian lebih di masa penting ini, salah satunya membantu merangsang waktu belajar berjalan si Kecil.

Ilustrasi mengajari anak belajar jalan (dok.ist)

Dokter Fellycia lebih lanjut menyampaikan, anak usia 12 hingga 19 bulan rata-rata melakukan 2368 langkah dan jatuh 17 kali/jam.

Dia memaparkan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam merangsang belajar berjalan si Kecil, yaitu:

1. Jumlah frekuensi belajar jalan

Jumlah latihan akan membantu otot lebih kuat pada kaki, sehingga meningkatkan keseimbangan dan menjaga koordinasi gerakan kaki yang dapat membantu si Kecil berjalan mandiri lebih awal. 

2. Lakukan pemijatan

Pijat bayi sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus diberikan kepada si Kecil untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, seperti motorik dan fisiologis tubuh melalui sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem saluran cerna dan metabolisme tubuh. 

3. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

Saat ibu membantu si Kecil belajar berjalan, pastikan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman baginya. Salah satunya dengan memilih popok yang lebih tipis dan tidak menggumpal, sehingga kaki si Kecil tidak terhalang oleh popok yang menggembung saat berlatih.

Dokter Fellycia menyampaikan, saat dikenakan, popok merupakan bagian besar di antara kedua kaki si Kecil. “Hal ini berpotensi memperburuk keseimbangan bayi dan menunjukkan pola gaya berjalan yang kurang matang sehingga si Kecil lebih banyak salah langkah dan jatuh saat memakai popok,” ujarnya.

“Untuk meminimalkan hal itu, popok harus membuat si Kecil nyaman sehingga tidak menjadi gangguan biomekanik saat belajar berjalan,” imbuhnya.

Kesempatan sama, CEO Makuku Jason Lee mengatakan Makuku telah menciptakan popok yang super tipis dengan ketebalan hanya 1,6 mm untuk memberikan kenyamanan dan membantu sikap keseimbangan yang baik saat si Kecil belajar berjalan. 

Selain itu, Inti struktur SAP (Super Absorbent Polymer) pada Makuku SAP Diapers Slim Care tidak menjadikan popok menggumpal pada satu titik, sehingga penyerapan cairan lebih merata dan menjaga permukaan tetap kering. “Ini berkat teknologi inti penyerap SAP memiliki daya serap yang lebih tinggi, tidak menyebabkan osmosis balik dengan struktur 3D heksagonal sehingga mengurangi frekuensi kontak langsung popok dengan kulit,” ujar Jason. 

Selain itu, permukaan yang berongga dan berstruktur 3D tentu akan mengurangi gesekan popok dan sirkulasi udara tetap terjaga selama pemakaian popok.

Publik figur Chelsea Olivia berbagi pengalaman terkait pemakaian popok untuk buah hatinya. Selain popok yang tipis, pastikan juga memiliki indikator urin yang berguna dalam memudahkan ibu untuk mengetahui apakah popok sudah penuh atau belum. “Itu ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke biru. Jadi, ibu dapat dengan mudah mengganti popok si Kecil tanpa harus menunggu popok menggembung terlebih dahulu,” ujarnya. (HG)